Rabu, 14 Desember 2016

Makalah PERKEMBNAGAN FISIK DAN KOGNITIF MASA DEWASA MADYA



PERKEMBNAGAN FISIK DAN KOGNITIF MASA DEWASA MADYA

Dosen Pengampuh : Armanila M. Psi



Disusun Oleh

SITI AISYAH
SUCI RAMADANI PANGGABEAN




Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Bimbingan Konseling Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Tahun Ajaran 2016/2017


KATA PENGANTAR

           
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penulis  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Psikologi Perkembangan II.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
            Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang PERKEMBNAGAN FISIK DAN KOGNITIF MASA DEWASA MADYA, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  penulis  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  penulis  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.




Medan, Desember 2016


Penulis





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.....................................................................................................      i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................     ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................     1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................     1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................     1

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Apa yang dimaksud dengan masa Usia Madya......................................................   3
B.     Bagaimana aspek perkembangan sosial Usia Madya...................................   3
C.     Bagaimana Aspek perkembangan emosi Usia Madya............................................   11
D.     Apasaja ciri-ciri Usia Madya...................................................................................  14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................................................   16
Saran...................................................................................................................................   16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................   17



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Seorang individu dalam rentang kehidupannya disunia ini melaluiberbagai macam fase atau seiring  perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki tugas-tugas perkembangan masing-masing, hal ini berbeda dengan fase yang ada lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelsaikan setiap tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan rentang usia yang sudah ditentukan pada setiap fase tersebut.
            Seorang individu dapat dikatakan normal atau bahagia apabila ia dpat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan tepat waktu. Apabila indivudu tersebut tidak dapat atau mengalami hambatan dalam menyelasaikan tugas perkembangannya, maka individu tersebut akan mengalami gangguan atau ketidak bahagiaan baik dalam aspek fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spirituanya.
            Dari fase yang terjadi selama rentang kehidupan, salah satu fase yang memegang peran penting dalam perkembangan seseorang individu adalah masa bayi. Masa bayi disebut sebagai salah satu fase terpenting karena dalam fase ini seorang individu mulai belajar dan memahami berbagai macam hal-hal dan pengalaman baru buat dirinya. Banyak macam tugas perkembangan yang harus diselesaikan seorang individu pada masa ini. Sekalipun demikian, masa ini bukanlah suatu masa yang berbahaya bagi perkembangan individu.
            Dibalik semuanya itu, ada tuntutan tersendiri yang wajib dicapai seorang individu setlah melalui fase ini, yaitu menjadi individu yang mandiri. Untuk dapat mencappainya, para orang tua yang berusia madya terlebih dahulu harus memahami atas tugas-tugas perkembangan bagi usia madya dan dapat memenuhi tugas-tugas tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan masa Usia Madya ?
2.      Bagaimana aspek perkembangan sosial Usia Madya ?
3.      Bagaimana Aspek perkembangan emosi Usia Madya ?
4.      Apasaja ciri-ciri Usia Madya ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian Usia Madya
2.      Agar dapat mengetahui bagaimana aspek perkembangan sosial Usia Madya
3.      Agar dapat mengetahui bagaimana aspek perkembangan emosi Usia Madya
4.      Untuk mengetahui ciri-ciri Usia Madya




























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masa Dewasa Madya
            Pada umum atau usia setengah baya dipandang sebagai measa usia antara 40-60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik. Sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Meningkatkannya kecenderungan untuk pension pada usia enam puluhan sengaja ataupun tidak sengaja ataupun tidak sengaja usia enam puluhan tahun dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut.[1]
            Oleh karena itu merupakan periode yang panjang dn rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi kedalam dua sub bagian, yaitu usia madya dini yang membentang dari usia 40 sampai 50 tahun dan usia lanjut yang berbentang antara 50 sampai 60 tahun dan usia lanjut yang berbentang antara usia 50 sampai 60 tahun.
            Usia madya pada kenyataanya Amerika Serikat saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidpan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut berusaha untuk  berusaha untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kebidupan, khususnya harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik, yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemudian untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial madya.
            Pada kebanyakan orang tanda dari dewasa madya ditandai dengan kemajuan pekerjaan, perkawinan, meningkatnya ekonomi, aktif untuk mengikuti kegiatan sosial dan dorongan seks bertambah sehingga disebut masa puber ke dua, mengurangi kegiatan yang banyak dilakukan secara fisik dan masa breakdown secara fisik seperti  mulai sakit-sakit. [2]
B.     Aspek Perkembangan Sosial
            Usia madya sering membawa perubahan minat dalam kehidupan sosial. Banyak orang yang berusia madya terutama kaum wanitanya, menyadari bahwa kegiatan sosial dapat menghilangkan kesepian karena anak-anaknya sudah dewasa semua dan sudah pada bekeluarga. Selama usia madya orang senang terhadap kegiatan menjamu teman dalam bentuk makan malam, pesta-pesta dan pada umumnya kehidupan sosial mereka senang berkumpul dengan jenis kelamin yang sama.
            Bagaimanapun pola kegiatan sosial dalam masa usia madya sangat dipengaruhi oleh status sosial seseorang. Mereka yang status sosial ekonominya tinggi akan lebih aktif dari pada masa usia tersebut dibandingkan dengan erek yang berstatus rendah, dimana sebagian besar mereka tidak termasuk dalam kelompok sosial maupun, jarang hadir dalam berbagai pertemuan yang diadakan oleh organisasi yang pernah dimasukinya dan hanya mempunyai beberapa teman saja terutama tenagganya. Sebagian besar kontak sosialnya hanya dengan anggota keluarga atau temannya.
            Pria pada umumnya mempunyai lebih banyak teman dan krabat daripada wanita, namun wanita mwmpunyai hubungan yang lebih dekat dengan teman-temannya daripada wanita. Kebanyakan pria menjadi anggota lebih dari satu organisasi, sedang wanita pada umunya lebih banyak mencurahkan tenaga dan waktunya dalam kegiatan organisasi dimana dia terdaftar sebagai anggotanya dibanding dengan pria. Wanita lebih banyak mempunyai kontak sosial dengan anggota keluarga dan saudaranya dari pada orang luar sedangkan pria tidaklah demikian.
            Studi tentang penyesuaian sosial pada usia madya menunjukan bahwa ada faktor penting yang menyebabkan seseorang mempunyai fungsi sosial yang baik daripada usia ini. Fakto-faktor tersebut adalah :
a.       Kesehatan yang baik membuat seseorang dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
b.      Kaitan yang erat dengan kegiatan dapat melahirkan motivasi yang perlu diambil bagian dalam kegiatan sosial.[3]
c.       Kemahiran dan keterampilan sosial yang diperoleh sebelumnya dapat memperkuat kepercayaan diri dan dapat mempermudah masalah sosial.
d.      Tidak hadir karena ada urusan keluarga dan keuangan tidak cukup untuk membatasi kemmpuannya untuk berfungsi sebagai kelompok ahli sosial.
e.       Kemampuan untuk berperan sebagai pengikut dengan ikhlas walaupun peran kepemimpinan bisa dipegang oleh mereka orang dewasa[4]
            Sedangkan perkembangan sosial menutut Mariat Syamsunuyati selama masa dewasa, dunia personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan orang dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa beberapa dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus dalam karir, pernikahan, dan hidup dalam bekeluarga.
            Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting yaitu, keintiman, generative dan integritas.
1.      Perkembangan Keintiman
            Keintiman diatrikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan yang lainakan terisolasi. Menurut Erikson menjalin hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi orang pada masa dewasa. Suatu studi ditunjukan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik sesorang. Orang-orang yang mempunyai tempat untuk berbagai ide, perasaan, dan masalah merasa lebih bahagia dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tempat untuk berbagi (Traupmann & Hatfield, 1981).
2.      Cinta
            Selama tahap-tahap keintiman ini, nilai-nilai cinta mulai muncul. Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat luas dan kompleks. Menurut Santrock (1995), cinta dapat diklarifikasikan menjad empat bentuk cinta, yaitu: altruism, persahabatan, cinta yang romantic atau bergairah dan cinta yang penuh perasaan atau persahabatan. Meskipun cinta sudah tampak dalam tahap-tahap sebelumnya (seperti cinta bayi pada ibunya dan cinta birahi pada ibunya), namun perkembangan cinta keintiman sejati baru muncul setelah seseorang memasuki masa dewasa. Pada masa ini, perasaan cinta lebih dari sekedar gairah atau romantisme, melainkan suatu afeksi-cinta yang penuh perasaan dan kash sayang. Cinta pada orang dewasa ini diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain.
            Sehubungan dengan cinta yang afeksi ini, Robert J. Strenberg, 1993, (dalam santrock, 1995) mengemukakan sebuah teori cintaa yang dikenal dengan “The triangular theory of love” (teori cinta triaguler), yang menyatakan bahwa cinta mempunyai tiga bentuk utama yaitu:
1.      Gairah-cinta lebih didasarkan pada gaya tarik fisik dan seksual pada pasangan.
2.      Keintiman-Cinta yang lebih didasarkan pada perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan dan berbagai dalam hubungan.
3.      Komitmen-cinta yang lebih didasarkan pada penilaian kognitif kita atas hubungan dan niat kita untuk mempertahankan hubungan, bahkan ketika menghadapi masalah sekalipun. Lebih jauh Stenberg mengemukakan bahwa jika dalam hubungan hanya ada gairah tanpa disertai dengan keintiman dan komitment. Maka yang terjadi anyalah nafsu, pola ini munkin terjadi dalam suatu perselingkuhan, sebaliknya jika hubungan memiliki keintiman dan komitmen, tetapi sedikit gairah atau bahkan tidak ada, maka terjadilah cinta yang penuh afeksi atau kebersamaan. Pola ini sering ditemukan pada pasangan bahagia yang telah membina hubungan rumah tangga bertahun-tahun lamanya. Akan tetapi yang ada hanya gairah dan komitmen tanpa disertai keintiman, hubungan tersebut Strenberg sebagai “fatous love” (cinta konyol). Oleh sebab itu, suatu cinta yang palingkuat atau apa yang disebut Sternberg sebagai “Costummate Love” ( cinta yang sempurna) hanya akan terbentuk apabila dilandasi oleh ketiga komponaen cinta (gairah, keintiman, dan komitmen) tersebut.

3.      Pernikahan dan keluarga
            Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menurut perkembangan seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagai suka dan duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa untuk mengembangkan generalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yan dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya terbatas pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap, maka genetalitas membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Dihampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa dewasa ini diperoleh malui lembaga pernikahan dan perkawinan.
            Meskipun konsep tentang perkawinan pada setiap kebudayaan dan suku bangsa tidak sama, namun hampir setiap budaya dan suku bangsa agaknya mempunyai pandangan yang sama bahwa perkawinan adalah sesuatu yang bersifat suci da dibutuhkan adalah kehidupan ini. Meskipun belekangan ini kecenderungan orang dewasa untuk hidup membujang meningkat dan perceraian sering terjadi. Namun, orang Amerika masih menunjukan kecenderungan yang kuat untuk menikah. Bahkan penelitian Rubbin (1973) menunjukan hampir 95% orang Amerika Menikah, dan sebagian besar dari mereka menikah pad awal masa dewasa. Setiap individu cenderung mencari pasangan hidup mempunyai latar belakang yang etnik, sosial, dan agama yang sama. Bertentangan dengan pendapat umum, kaum perempuan tampaknya kuran romantic dibandingkan dengan laki-laki dalam usaha pendekatan memilih pasangan mereka. Laki-laki cenderung lebih cepat jatuh cinta dari padaperempuan dan merasa puas dengan kualitas calon pasangan mereka.

            Oakley menjelaskan, otonomi ibu rumah tangga secara teoritis lebih nyata karena secara actual seorang ibu rumah tangga terbebas dari prosedur atau mekanisme pekerjaan umum lainnya. Dan adapun jawaban yang diperoleh selanjutnya adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki kebebasan yang tidak terbatas  karena mengerjakan segala sesuatunya di rumah tanpa adanya control langsung dari suami.
             Hanya sebesar 15% mengaggap pekerjaan sebgai ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang “buruk”, karena pekerjaan yang tersebut monoton bersifat rutin dan membosankan (Fransella dan Frost 1977).
            Dengan demikian pada umumny awanita percaya bahwa peraturan bahwa peran utamanya adalah menjadi seorang istri dan ibu. Pria juga tampaknya sepakat bahwa beberapa pekerjaan rumah tangga dan menjaga merupakan pekerjaan sekaligus tugas wanita. Akan tepi, seiring dengan terjadinya perubahan-perubahan besar dalam hamper seluruh dimensikehidupan manusia sebagai konsekuensi logis dari arus modernisasi, peran wanita pada abad sekarang turut mengalami perobahan. Dewasa ini semakin banyak wanita yang menunjukkan peningkatan perhatian dalam mengembangkan karir, sehingga mereka tidak hanya terlambat menikah, melainkanjuga terlambat.

            Thompson dan Walker mencatat  bahwa pernikahan dengan segala peran ganda memiliki sisi-sisi keuntungan dan kerugian individu. Salah satu keuntungan utama tertentu saja dari segi keuangan. Dan selain itu juga pernikahan dengan peran ganda dapat memberikan kontribusi pada hubungan yang setara antra suami dan istri, serta meningkatkan harga diri seseorang wanita. Dan adapun sebaliknya kerugian dari peran ganda adalah tuntutan adanya waktu dan tenaga ekstra, konflik antara peran pekerjaan dan peran keluarga, adanya persaingan antara suami dan istri, dan apabila dalam keluarga itu ada anak-anak, perhatian terhadap mereka berkurang.

            Poloma dalam (Fransella & Frost) menyebutkan sebuah teknik manajemen konflik bagi wanita dalam menghadapi berbagai tekanan pekerjaanya, yaitu :
1.      Mendefenisikan situasi secara menyenangkan
2.      Mengurutkan peran terpenting
3.      Memelihara peren terpisah tersebut dalam konsep peran dan peraktek
4.      Compromise : memilah-milah urusan karir tertentu yang tidak perlu dan menyesuaikan dengan bernagai tuntutan atau kebutuhan
5.      Perkembangan Generativitas
            Generativitas (generativity), adalah tahap perkembngan psikososial ketujuh yang dialami oleh individu selama pertengahan masa dewasa. Cirri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap yang dihasilkan (keturnan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Tranmisi nilai-nilai sosial social ini diperlukan untuk memperkarya aspek spekoseksual dan aspek spikososial kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan dan stagnasi.
            Bagi kebanyakan orang, usia setengah baya ( usia antara 40-50 tahun) merupakan masa paling produktif. Laki-laki dalam usia 40 tahunan biasanya berada dalam puncak karir mereka. Dan pada usia ini perempuan mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit rumah karena anak-anak telah lebih besar dan dapat mencurahkan lebih banyak waktu karir dalam kegiatan sosial. Kelompok ini sesungguhnya mengatur masyarakat, baik dalam hal kekuasaan maupun tanggug jawab.
            Apa yang disebut Erikson dengan generativity pada masa setengah baya ini ialah suatu rasa kekhawatiran mengenai bimbingan dan persiapkan bagi generasi yang akan datang. Jadi pada tahap ini, nilai pemeliharaan berkembang. Nilai pemeliharaan ini tercapai lewat kegiatan membesarkan asak dan mengajar, member contoh dan kontrol.
            Daniel  Lavinson 1978 (dalam santrock 1995) mengandung paruh kehidupan ini sebagai sebuah krisi,yang meyakini bahwa usia tengah baya berada diantara masa lalu dan masa depan,yang berusaha mengatasi kesenjangan yang mengancam kontinuitas kehidupannya.Dan usia sekitar 20 hingga 30 tahun.individu mengalami masa transisi,dimana ia harus menghadapi persoalan dalam menentukan tujuan lebih serius.Selama usia 30-an .Focus individu lebih diarahkan pada keluarga dan pengembangan karir.Pada tahun-tahun berikutnya selama periode pertengahan dewasa ini.Indivudu memasuki apa yang disebut Lavinson dengan BOOM –Becoming Ones Own Man (fase menjadi diri sendiri)
Menurut  hasil penelitian Bernice Naugarden.Orang yang berusia antara 40-50,dan awal 60 tahun adalah orang orang yang yang mulai suka melakukan intropeksi dan banyak merenungkan tentang apa yang sebetulnya terjadi dalam dirinya.

6. Perkembangan Integritas
            Integritas (integrity) merupakan tahap perkembangan psikososial Ericson yang terakhir.Integritas paling tepat di lukiskan sebagai suatu keadaan yang di capai seseorang setelah memelihara orang-orang,benda-benda,produk-produk dan ide ide,serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu,terhadap kondisi-kondisi social dan historis,ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.Kondisi ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tidak berarti,bahwa azal sudah dekat,dan ketakutan akan kematian.

            Pertemuan antara integritas dan keputusan yang terjadi pada tahap kehidupan yang terakhir  ini menghasilkan kebijaksanaan.Kebijaksanaan yang sederhana akan mejaga dan memberikan integritas pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh pada tahun-tahun silam.Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun,dimana orang-orang yang tengah berada pada usia ini sering disebut orang sebagai usia tua atau orang usia lanjut.
Didalam dewasa madya ini juga memiliki yang namanya Fase seperti :

a.        Perubahan yang bersifat fisik
1.      Mulai terjadinya proses menua secara gradual,maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa dirinya mulai tua seperti : tumbuhnya uban dikepala,adanya kerutan-kerutan pada bagian muka,kemampuan fungsi mata berkurang,dan lain lain.
2.       Mulai menurunya kekuatan fisik,fungsi motorik dan sensosis.
3.      Tejadinya perubahan-perubahan seksual dalam kau lelaki dapat mengalami climacterium dan wanita dapat mengalami monopouse slimacterium dan monopouse merupakan tanda berhentinya kemempuan menghasilkan keturunan.Akibatnya dapat menimbulkan penyakit melamcolia involitive(cemas dan merasa diri tidak berguna).Peristiwa ini bagi laki-laki lebih lambat datangnya daripada wanita.

b.      Perubahan yang terjadi psikis :
Umumnya secara psikologis masa ini mirip dengan keadaan kaum remaja (pubertas).Itulah sebabnya sebagian ahli ada yang menyebut masa ini sebagai “pubertas kedua” perubahan-perubahan psikis ini muncul akibat involusi yang terjadi pada aspek fisik/seksualitasnya.
1.      Terjadinya goncangan jiwa,seolah-olah tidak menerima suatu kenyataan.
2.       Kaku dan canggung karena penampilannya ingin menyerupai pemuda,tapi kondisi fisiknya sudah tua.
3.      Bersifat introvent (perasa,tertutup kurang suka bergaul) kritis dalam mendidik anak,suka cemas dan pusing-pusing sukar tidur dan lain-lain.
4.      Usia berbahaya,maksudnya adalah dalam masa ini sering terjadi krisis dalam kehidupan berkeluarga.Karena terjadinya monopouse pada istri dan kurang nya gairah seks di istri sehingga suami bisa menjauhkan diri dari istrinya dan malah bisa tak setia atau kawin lagi.Dan istri dengan sikap kelakuan suaminya dan timbul lah sifat memberontak,percekcokan mungkin sekali terjadi.
5.       Meskipun melalui berbagai kegoncangan dan krisis,namun pada masa setengah baya ini juga terjadi proses penyesuaian dan pengembangan atas perubahan-perubahan fisik tersebut berkat kematangan secara berpikirnya.Dengan itu ia mampu mencapai titik puncak yang dalam usaha dan karirnya.
6.      Penhayatan dan pengamalan agama sangat meningkat sehingga sangat bergairah mengikuti pengajian-pengajian agama,taat beribadah,dan kegiatan keagamaan lainnya.Hal ini wajar ia lakukan secara sadar,karena untuk persiapan menghadapi kehidupan yang lebih lama atau kekal di akhirat.



C.    Aspek perkembangan emosi
            Dalam banyak hal periode masa dewasa madya adalah waktu timbulnya tekanan emosional. Bernice Nengerartein (Calhoun dan Acocella,1990) mengatakan bahwa periode ini merupakan suatu masa ketika orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.Meskipun bagi orang lain adakalanya periode ini justru merupakan permulaan kemunduran,namun bagi Erik  Erikson dalam periode ini individu  memiliki antara kearifan dan penyerapan pribadi.Kearifan yang dimaksud adalah kapasitas untuk mengembangkan perhatian terhadap orang lain atau masyarakat sekitar.
           
            Pada masa dewasa madya merupakan salah satu waktu dalam hidup seseorang dimana bnyak terjadi peristiwa besar yang memaksanya untuk mengadakan penataan kembali.Penataan kembali itu terjadi karena adanya perubahan besar dalam fisiologis,psikologis,seksual dan perubhaan-perubahan susila yang menyertai ketiga perubahan itu.[5]
            Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru.Dari itu semua ada 6 macam yang dianggap umum dan serius.
1.      Diterimanya  kepercayaan tradisonal
            Diterimanya kepercayaan tradisonal tentang cii-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring bertambhanya usia seseorang yang mengalami monopouse misalnya,sering disebut sebagai masa kritis.Kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu,seperti dikatakan oleh parker “masa tersebut membawa implikasi yang berbahaya karena manjadikan wanita merasa bahwa kesehatannya,kebahagiannya,dan hidupnya merasa hancur dan paling berbhaaya.Masa monopouse ini merupakan periode yang terasa amat panjang dengan jaminan keselamatan yang sangat minim,dimana setiap saat dapat jatuh pada jurang kehancuran mental atau penyakit jiwa yang serius.

2.      Idealisasi anak muda
            Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokkan usia dalam pola perilaku umum.Seorang pria mungkin akan menolak untuk patuh mengikuti resep dokter tentang diet atau akan menolak untuk membatasi kegiatan walaupun dengan alasan demi kesehatan.Seperti anak yang menjelang usia akil baligh,mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya.Begitu juga orang yang berusia madya mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya dan kegiatannya.Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengkat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi tua.
Wanita yang mempunyai kemampuan penyesuaian  diri paling buruk adalah mereka yang sangat terikat dengan pentingnya faktor penampilan yang keremajaan-remajaan dan yang mengagumi keperkasaan.Apabila mereka dipaksa untuk mengaca diri bahwa mereka tidak menarik seperti dulu lagi,sehingga mereka tidak lagi dapat menarik perhatian pria,mungkin mereka akan memberontak terhadap statusnya sebagai orang berusia madya.Apabila penyesuaian diri dalam usia madya tidak bagus,yang biasanya ditandai dengan keluhan dan penolakan yang terus menerus terhadap perubahan fisik yang tidak dapat dihindari karena usia,maka orang secara intensif tertarik pada dandanan dan pakaian.Bagi pria maupun wanita pada umumnya berkonsentrasi pada pemilihan pakaian yang dapat menimbulkan kesan bahwa ia nampak lebih muda dibandingkan sebelumnya.[6]
3.      Perubahan peran
            Mengubah peran bukanlah masalah yang muda,terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode waktu yang lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut.Orang yang pernah mempunyai kesempatan untuk memainkan banyak peran yang baru.Untuk dapat mneyesuaikan diri dengan peran yang baru seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan Havighurst”menghilangkan emosi yang selama ini diterpkan dalam peran tertentu dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain

4.      Perubahan keinginan dan minat
            Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada masa usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik.Merka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengganti keinginan lama yang biasa dilakukan,atau jauh dari hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskan dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan.
5.      Symbol status
            Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada symbol status.Apabila  keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki symbol yang di inginkan akan dapat membahayakan penyesuaian  pribadi dan sosial.Dalam kasus sperti ini ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan symbol tersebut.Pertama dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyediakan cukup uang untuk memperoleh status tersebut.Kedua dia akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya dengan utang.Ketiga dia juga bisa berbuat sesuatau dengan bekerja misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya.

            Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seorang untuk memperoleh symbol status.Sikap seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga.
6.      Aspirasi yang tidak Realistis
            Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial,apabila kelak ia menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut.

            Kegagalan untuk mencapai setiap cita-cita dan keinginan menimbulkan perasaan tidak enak dan rendah diri yaitu perasaan yang biasanta dapat mengakibatkan kegagalan yang semakin parah.Bagi seseorang yang mengalami perasaan gagal dalam berbagai hal sehingga mereka begitu ruwet akan meniadakan dan mengalahkan perilaku positif apapum yang ia kerjakan akibatnya ia akan mempunyai prestasi rendah bahkan lebih rendah dari prestasi normalnya.Adanya beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada masa usia madya itu.
·         Penampilan yang tidak menarik
·         Kurang memiliki keterampilan sosial
·         Kecenderungan untuk lebih suka berkontak denngan keluarga
·         Masalah keuangan
·         Tekanan karena keluarga
·         Popularitas yang diinginkan
·         Mobilitas sosial[7]
D.    Ciri-ciri masa dewasa madya :
1.      Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
            Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.
2.      Usia madya merupakan masa transisi
            Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

 Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.

3.      Usia madya adalah masa stress
            Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.

4.      Usia madya adalah usia yang berbahaya
            Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.

5.      Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.

6.      Usia madya adalah masa berprestasi
            Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
7.      Usia madya adalah masa evaluasi
             Usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.

8.      Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
            Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
  1. Usia madya merupakan masa sepi
            Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
  1. Usia madya merupakan masa jenuh
            Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
                        Masa usia madya adalah berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik. Sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Meningkatkannya kecenderungan untuk pension pada usia enam puluhan sengaja ataupun tidak sengaja ataupun tidak sengaja usia enam puluhan tahun dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut.
Ciri-ciri Masa Usia Madya:
1.      Merupakan periode yang sangat ditakuti
2.      Merupakan masa transisi
3.      Adalah masa stress
4.      Usia yang berbahaya
5.      Usia canggung
6.      Masa berprestasi
7.      Masa evaluasi
8.      Evaluasi dengan standar ganda
9.      Merupakan masa sepi
10.  Merupakan masa jenu

B.   Saran
            Dari penjelasan tentang Masa Usia Madya di atas tadi, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang keadaan manusia di usia itu. Kita bisa mengukur bagaimana kepribadian diri kita dan kepribadian orang-orang yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang kurang baik dan bisa mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam rangka fastabiqul khoirot.


DAFTAR PUSTAKA
            Hurlock, Elizabeth B, 1980, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
            Lubis Namora dan Pieter Zan Hern, 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan Jakarta: Kharisma Putra Utama.


[1] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1980) Hal. 320
[2] Hern Zan Pieter dan Namora Lubis. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan ( Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2010) Hal. 195
[3] Elizabeth B. Hurlock, Hal. 336
[4] Elizabeth B. Hurlock, Hal. 337
[6] Elizabeth B. Hurlock, hal. 338
[7] Elizabeth B. Hurlock, hal. 339-340
 



 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar