PERKEMBNAGAN FISIK DAN KOGNITIF MASA DEWASA MADYA
Dosen
Pengampuh : Armanila M. Psi
Disusun
Oleh
SITI
AISYAH
SUCI
RAMADANI PANGGABEAN
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Bimbingan Konseling Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Tahun Ajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan II.
Dalam penyusunan
tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang PERKEMBNAGAN
FISIK DAN KOGNITIF MASA DEWASA MADYA,
yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing penulis
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah penulis di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa yang dimaksud dengan masa Usia Madya...................................................... 3
B.
Bagaimana aspek perkembangan sosial Usia Madya................................... 3
C. Bagaimana
Aspek perkembangan emosi Usia Madya............................................ 11
D.
Apasaja ciri-ciri Usia Madya................................................................................... 14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................................... 16
Saran................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang
individu dalam rentang kehidupannya disunia ini melaluiberbagai macam fase atau
seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap
fase memiliki tugas-tugas perkembangan masing-masing, hal ini berbeda dengan
fase yang ada lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelsaikan
setiap tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan
rentang usia yang sudah ditentukan pada setiap fase tersebut.
Seorang individu dapat dikatakan
normal atau bahagia apabila ia dpat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan
tepat waktu. Apabila indivudu tersebut tidak dapat atau mengalami hambatan
dalam menyelasaikan tugas perkembangannya, maka individu tersebut akan
mengalami gangguan atau ketidak bahagiaan baik dalam aspek fisik, kognitif,
emosi, sosial maupun spirituanya.
Dari fase yang terjadi selama
rentang kehidupan, salah satu fase yang memegang peran penting dalam
perkembangan seseorang individu adalah masa bayi. Masa bayi disebut sebagai
salah satu fase terpenting karena dalam fase ini seorang individu mulai belajar
dan memahami berbagai macam hal-hal dan pengalaman baru buat dirinya. Banyak macam
tugas perkembangan yang harus diselesaikan seorang individu pada masa ini. Sekalipun
demikian, masa ini bukanlah suatu masa yang berbahaya bagi perkembangan
individu.
Dibalik semuanya itu, ada tuntutan
tersendiri yang wajib dicapai seorang individu setlah melalui fase ini, yaitu
menjadi individu yang mandiri. Untuk dapat mencappainya, para orang tua yang
berusia madya terlebih dahulu harus memahami atas tugas-tugas perkembangan bagi
usia madya dan dapat memenuhi tugas-tugas tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan masa Usia Madya ?
2.
Bagaimana aspek perkembangan sosial Usia Madya ?
3.
Bagaimana Aspek perkembangan
emosi Usia Madya ?
4.
Apasaja ciri-ciri Usia Madya ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian Usia Madya
2.
Agar dapat mengetahui bagaimana aspek
perkembangan sosial Usia Madya
3.
Agar dapat mengetahui bagaimana aspek
perkembangan emosi Usia Madya
4.
Untuk mengetahui ciri-ciri Usia Madya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Dewasa Madya
Pada
umum atau usia setengah baya dipandang sebagai measa usia antara 40-60 tahun.
Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani
dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik.
Sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Meningkatkannya kecenderungan
untuk pension pada usia enam puluhan sengaja ataupun tidak sengaja ataupun
tidak sengaja usia enam puluhan tahun dianggap sebagai garis batas antara usia
lanjut.[1]
Oleh karena itu merupakan periode
yang panjang dn rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi
kedalam dua sub bagian, yaitu usia madya dini yang membentang dari usia 40
sampai 50 tahun dan usia lanjut yang berbentang antara 50 sampai 60 tahun dan
usia lanjut yang berbentang antara usia 50 sampai 60 tahun.
Usia madya pada kenyataanya Amerika
Serikat saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidpan
mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut berusaha untuk berusaha untuk menyesuaikan diri hasilnya akan
tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kebidupan,
khususnya harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik,
yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemudian untuk
menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial madya.
Pada kebanyakan orang tanda dari
dewasa madya ditandai dengan kemajuan pekerjaan, perkawinan, meningkatnya
ekonomi, aktif untuk mengikuti kegiatan sosial dan dorongan seks bertambah
sehingga disebut masa puber ke dua, mengurangi kegiatan yang banyak dilakukan
secara fisik dan masa breakdown secara fisik seperti mulai sakit-sakit. [2]
B. Aspek Perkembangan Sosial
Usia
madya sering membawa perubahan minat dalam kehidupan sosial. Banyak orang yang
berusia madya terutama kaum wanitanya, menyadari bahwa kegiatan sosial dapat
menghilangkan kesepian karena anak-anaknya sudah dewasa semua dan sudah pada
bekeluarga. Selama usia madya orang senang terhadap kegiatan menjamu teman
dalam bentuk makan malam, pesta-pesta dan pada umumnya kehidupan sosial mereka
senang berkumpul dengan jenis kelamin yang sama.
Bagaimanapun pola kegiatan sosial
dalam masa usia madya sangat dipengaruhi oleh status sosial seseorang. Mereka
yang status sosial ekonominya tinggi akan lebih aktif dari pada masa usia
tersebut dibandingkan dengan erek yang berstatus rendah, dimana sebagian besar
mereka tidak termasuk dalam kelompok sosial maupun, jarang hadir dalam berbagai
pertemuan yang diadakan oleh organisasi yang pernah dimasukinya dan hanya
mempunyai beberapa teman saja terutama tenagganya. Sebagian besar kontak
sosialnya hanya dengan anggota keluarga atau temannya.
Pria pada umumnya mempunyai lebih
banyak teman dan krabat daripada wanita, namun wanita mwmpunyai hubungan yang
lebih dekat dengan teman-temannya daripada wanita. Kebanyakan pria menjadi
anggota lebih dari satu organisasi, sedang wanita pada umunya lebih banyak mencurahkan
tenaga dan waktunya dalam kegiatan organisasi dimana dia terdaftar sebagai
anggotanya dibanding dengan pria. Wanita lebih banyak mempunyai kontak sosial
dengan anggota keluarga dan saudaranya dari pada orang luar sedangkan pria
tidaklah demikian.
Studi tentang penyesuaian sosial
pada usia madya menunjukan bahwa ada faktor penting yang menyebabkan seseorang
mempunyai fungsi sosial yang baik daripada usia ini. Fakto-faktor tersebut
adalah :
a.
Kesehatan yang baik membuat seseorang dapat
berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
b.
Kaitan yang erat dengan kegiatan dapat
melahirkan motivasi yang perlu diambil bagian dalam kegiatan sosial.[3]
c.
Kemahiran dan keterampilan sosial yang diperoleh
sebelumnya dapat memperkuat kepercayaan diri dan dapat mempermudah masalah
sosial.
d.
Tidak hadir karena ada urusan keluarga dan
keuangan tidak cukup untuk membatasi kemmpuannya untuk berfungsi sebagai
kelompok ahli sosial.
e.
Kemampuan untuk berperan sebagai pengikut dengan
ikhlas walaupun peran kepemimpinan bisa dipegang oleh mereka orang dewasa[4]
Sedangkan perkembangan sosial
menutut Mariat Syamsunuyati selama masa dewasa, dunia personal dari individu
menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan orang dengan masa-masa
sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih
luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa beberapa dalam beberapa hal
dari orang yang lebih muda. Yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan
yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang
melibatkan diri secara khusus dalam karir, pernikahan, dan hidup dalam
bekeluarga.
Menurut Erikson, perkembangan
psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting
yaitu, keintiman, generative dan integritas.
1.
Perkembangan Keintiman
Keintiman diatrikan sebagai suatu
kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang
yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan yang lainakan terisolasi.
Menurut Erikson menjalin hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang
dihadapi orang pada masa dewasa. Suatu studi ditunjukan bahwa hubungan intim
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik
sesorang. Orang-orang yang mempunyai tempat untuk berbagai ide, perasaan, dan
masalah merasa lebih bahagia dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang
tidak memiliki tempat untuk berbagi (Traupmann & Hatfield, 1981).
2.
Cinta
Selama tahap-tahap keintiman ini,
nilai-nilai cinta mulai muncul. Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat
luas dan kompleks. Menurut Santrock (1995), cinta dapat diklarifikasikan menjad
empat bentuk cinta, yaitu: altruism, persahabatan, cinta yang romantic atau
bergairah dan cinta yang penuh perasaan atau persahabatan. Meskipun cinta sudah
tampak dalam tahap-tahap sebelumnya (seperti cinta bayi pada ibunya dan cinta
birahi pada ibunya), namun perkembangan cinta keintiman sejati baru muncul
setelah seseorang memasuki masa dewasa. Pada masa ini, perasaan cinta lebih
dari sekedar gairah atau romantisme, melainkan suatu afeksi-cinta yang penuh
perasaan dan kash sayang. Cinta pada orang dewasa ini diungkapkan dalam bentuk
kepedulian terhadap orang lain.
Sehubungan dengan cinta yang afeksi
ini, Robert J. Strenberg, 1993, (dalam santrock, 1995) mengemukakan sebuah
teori cintaa yang dikenal dengan “The
triangular theory of love” (teori cinta triaguler), yang menyatakan bahwa
cinta mempunyai tiga bentuk utama yaitu:
1.
Gairah-cinta lebih didasarkan pada gaya tarik
fisik dan seksual pada pasangan.
2.
Keintiman-Cinta yang lebih didasarkan pada
perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan dan berbagai dalam hubungan.
3.
Komitmen-cinta yang lebih didasarkan pada
penilaian kognitif kita atas hubungan dan niat kita untuk mempertahankan
hubungan, bahkan ketika menghadapi masalah sekalipun. Lebih jauh Stenberg
mengemukakan bahwa jika dalam hubungan hanya ada gairah tanpa disertai dengan
keintiman dan komitment. Maka yang terjadi anyalah nafsu, pola ini munkin
terjadi dalam suatu perselingkuhan, sebaliknya jika hubungan memiliki keintiman
dan komitmen, tetapi sedikit gairah atau bahkan tidak ada, maka terjadilah
cinta yang penuh afeksi atau kebersamaan. Pola ini sering ditemukan pada
pasangan bahagia yang telah membina hubungan rumah tangga bertahun-tahun
lamanya. Akan tetapi yang ada hanya gairah dan komitmen tanpa disertai
keintiman, hubungan tersebut Strenberg sebagai “fatous love” (cinta konyol). Oleh sebab itu, suatu cinta yang
palingkuat atau apa yang disebut Sternberg sebagai “Costummate Love” ( cinta yang sempurna) hanya akan terbentuk
apabila dilandasi oleh ketiga komponaen cinta (gairah, keintiman, dan komitmen)
tersebut.
3.
Pernikahan dan keluarga
Dalam
pandangan Erikson, keintiman biasanya menurut perkembangan seksual yang
mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai,
yang dipandang sebagai teman berbagai suka dan duka. Ini berarti bahwa hubungan
intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa untuk mengembangkan
generalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra
yan dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya terbatas
pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan akrab
yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap, maka
genetalitas membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak melakukan
hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Dihampir
setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa dewasa ini
diperoleh malui lembaga pernikahan dan perkawinan.
Meskipun
konsep tentang perkawinan pada setiap kebudayaan dan suku bangsa tidak sama,
namun hampir setiap budaya dan suku bangsa agaknya mempunyai pandangan yang
sama bahwa perkawinan adalah sesuatu yang bersifat suci da dibutuhkan adalah
kehidupan ini. Meskipun belekangan ini kecenderungan orang dewasa untuk hidup
membujang meningkat dan perceraian sering terjadi. Namun, orang Amerika masih
menunjukan kecenderungan yang kuat untuk menikah. Bahkan penelitian Rubbin
(1973) menunjukan hampir 95% orang Amerika Menikah, dan sebagian besar dari
mereka menikah pad awal masa dewasa. Setiap individu cenderung mencari pasangan
hidup mempunyai latar belakang yang etnik, sosial, dan agama yang sama.
Bertentangan dengan pendapat umum, kaum perempuan tampaknya kuran romantic
dibandingkan dengan laki-laki dalam usaha pendekatan memilih pasangan mereka.
Laki-laki cenderung lebih cepat jatuh cinta dari padaperempuan dan merasa puas
dengan kualitas calon pasangan mereka.
Oakley
menjelaskan, otonomi ibu rumah tangga secara teoritis lebih nyata karena secara
actual seorang ibu rumah tangga terbebas dari prosedur atau mekanisme pekerjaan
umum lainnya. Dan adapun jawaban yang diperoleh selanjutnya adalah bekerja
sebagai ibu rumah tangga memiliki kebebasan yang tidak terbatas karena mengerjakan segala sesuatunya di rumah
tanpa adanya control langsung dari suami.
Hanya sebesar 15% mengaggap pekerjaan sebgai
ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang “buruk”, karena pekerjaan yang tersebut
monoton bersifat rutin dan membosankan (Fransella dan Frost 1977).
Dengan
demikian pada umumny awanita percaya bahwa peraturan bahwa peran utamanya
adalah menjadi seorang istri dan ibu. Pria juga tampaknya sepakat bahwa
beberapa pekerjaan rumah tangga dan menjaga merupakan pekerjaan sekaligus tugas
wanita. Akan tepi, seiring dengan terjadinya perubahan-perubahan besar dalam
hamper seluruh dimensikehidupan manusia sebagai konsekuensi logis dari arus
modernisasi, peran wanita pada abad sekarang turut mengalami perobahan. Dewasa
ini semakin banyak wanita yang menunjukkan peningkatan perhatian dalam
mengembangkan karir, sehingga mereka tidak hanya terlambat menikah,
melainkanjuga terlambat.
Thompson
dan Walker mencatat bahwa pernikahan
dengan segala peran ganda memiliki sisi-sisi keuntungan dan kerugian individu. Salah
satu keuntungan utama tertentu saja dari segi keuangan. Dan selain itu juga
pernikahan dengan peran ganda dapat memberikan kontribusi pada hubungan yang
setara antra suami dan istri, serta meningkatkan harga diri seseorang wanita. Dan
adapun sebaliknya kerugian dari peran ganda adalah tuntutan adanya waktu dan
tenaga ekstra, konflik antara peran pekerjaan dan peran keluarga, adanya
persaingan antara suami dan istri, dan apabila dalam keluarga itu ada
anak-anak, perhatian terhadap mereka berkurang.
Poloma
dalam (Fransella & Frost) menyebutkan sebuah teknik manajemen konflik bagi
wanita dalam menghadapi berbagai tekanan pekerjaanya, yaitu :
1.
Mendefenisikan situasi secara menyenangkan
2.
Mengurutkan peran terpenting
3.
Memelihara peren terpisah tersebut dalam konsep
peran dan peraktek
4.
Compromise : memilah-milah urusan karir tertentu
yang tidak perlu dan menyesuaikan dengan bernagai tuntutan atau kebutuhan
5.
Perkembangan Generativitas
Generativitas (generativity), adalah
tahap perkembngan psikososial ketujuh yang dialami oleh individu selama
pertengahan masa dewasa. Cirri utama tahap generativitas adalah perhatian
terhadap yang dihasilkan (keturnan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya)
serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Tranmisi
nilai-nilai sosial social ini diperlukan untuk memperkarya aspek spekoseksual
dan aspek spikososial kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan dan
stagnasi.
Bagi kebanyakan orang, usia setengah
baya ( usia antara 40-50 tahun) merupakan masa paling produktif. Laki-laki
dalam usia 40 tahunan biasanya berada dalam puncak karir mereka. Dan pada usia
ini perempuan mempunyai tanggung jawab yang lebih sedikit rumah karena
anak-anak telah lebih besar dan dapat mencurahkan lebih banyak waktu karir
dalam kegiatan sosial. Kelompok ini sesungguhnya mengatur masyarakat, baik
dalam hal kekuasaan maupun tanggug jawab.
Apa yang disebut Erikson dengan
generativity pada masa setengah baya ini ialah suatu rasa kekhawatiran mengenai
bimbingan dan persiapkan bagi generasi yang akan datang. Jadi pada tahap ini,
nilai pemeliharaan berkembang. Nilai pemeliharaan ini tercapai lewat kegiatan
membesarkan asak dan mengajar, member contoh dan kontrol.
Daniel Lavinson 1978 (dalam santrock 1995)
mengandung paruh kehidupan ini sebagai sebuah krisi,yang meyakini bahwa usia
tengah baya berada diantara masa lalu dan masa depan,yang berusaha mengatasi
kesenjangan yang mengancam kontinuitas kehidupannya.Dan usia sekitar 20 hingga
30 tahun.individu mengalami masa transisi,dimana ia harus menghadapi persoalan
dalam menentukan tujuan lebih serius.Selama usia 30-an .Focus individu lebih
diarahkan pada keluarga dan pengembangan karir.Pada tahun-tahun berikutnya selama
periode pertengahan dewasa ini.Indivudu memasuki apa yang disebut Lavinson
dengan BOOM –Becoming Ones Own Man (fase menjadi diri sendiri)
Menurut hasil penelitian Bernice Naugarden.Orang yang
berusia antara 40-50,dan awal 60 tahun adalah orang orang yang yang mulai suka
melakukan intropeksi dan banyak merenungkan tentang apa yang sebetulnya terjadi
dalam dirinya.
6. Perkembangan
Integritas
Integritas (integrity) merupakan
tahap perkembangan psikososial Ericson yang terakhir.Integritas paling tepat di
lukiskan sebagai suatu keadaan yang di capai seseorang setelah memelihara
orang-orang,benda-benda,produk-produk dan ide ide,serta setelah berhasil
melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam
kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu dalam menghadapi
perubahan-perubahan siklus kehidupan individu,terhadap kondisi-kondisi social
dan historis,ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.Kondisi ini
dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tidak berarti,bahwa azal sudah
dekat,dan ketakutan akan kematian.
Pertemuan antara integritas dan
keputusan yang terjadi pada tahap kehidupan yang terakhir ini menghasilkan kebijaksanaan.Kebijaksanaan
yang sederhana akan mejaga dan memberikan integritas pada pengalaman-pengalaman
yang diperoleh pada tahun-tahun silam.Tahap integritas ini dimulai kira-kira
usia sekitar 65 tahun,dimana orang-orang yang tengah berada pada usia ini
sering disebut orang sebagai usia tua atau orang usia lanjut.
Didalam dewasa madya
ini juga memiliki yang namanya Fase seperti :
a. Perubahan yang bersifat fisik
1. Mulai
terjadinya proses menua secara gradual,maksudnya terlihat tanda-tanda bahwa
dirinya mulai tua seperti : tumbuhnya uban dikepala,adanya kerutan-kerutan pada
bagian muka,kemampuan fungsi mata berkurang,dan lain lain.
2. Mulai menurunya kekuatan fisik,fungsi motorik
dan sensosis.
3. Tejadinya
perubahan-perubahan seksual dalam kau lelaki dapat mengalami climacterium dan
wanita dapat mengalami monopouse slimacterium dan monopouse merupakan tanda
berhentinya kemempuan menghasilkan keturunan.Akibatnya dapat menimbulkan
penyakit melamcolia involitive(cemas dan merasa diri tidak berguna).Peristiwa
ini bagi laki-laki lebih lambat datangnya daripada wanita.
b. Perubahan
yang terjadi psikis :
Umumnya secara
psikologis masa ini mirip dengan keadaan kaum remaja (pubertas).Itulah sebabnya
sebagian ahli ada yang menyebut masa ini sebagai “pubertas kedua”
perubahan-perubahan psikis ini muncul akibat involusi yang terjadi pada aspek
fisik/seksualitasnya.
1. Terjadinya
goncangan jiwa,seolah-olah tidak menerima suatu kenyataan.
2. Kaku dan canggung karena penampilannya ingin
menyerupai pemuda,tapi kondisi fisiknya sudah tua.
3. Bersifat
introvent (perasa,tertutup kurang suka bergaul) kritis dalam mendidik anak,suka
cemas dan pusing-pusing sukar tidur dan lain-lain.
4. Usia
berbahaya,maksudnya adalah dalam masa ini sering terjadi krisis dalam kehidupan
berkeluarga.Karena terjadinya monopouse pada istri dan kurang nya gairah seks
di istri sehingga suami bisa menjauhkan diri dari istrinya dan malah bisa tak
setia atau kawin lagi.Dan istri dengan sikap kelakuan suaminya dan timbul lah
sifat memberontak,percekcokan mungkin sekali terjadi.
5. Meskipun melalui berbagai kegoncangan dan krisis,namun
pada masa setengah baya ini juga terjadi proses penyesuaian dan pengembangan
atas perubahan-perubahan fisik tersebut berkat kematangan secara
berpikirnya.Dengan itu ia mampu mencapai titik puncak yang dalam usaha dan
karirnya.
6. Penhayatan
dan pengamalan agama sangat meningkat sehingga sangat bergairah mengikuti
pengajian-pengajian agama,taat beribadah,dan kegiatan keagamaan lainnya.Hal ini
wajar ia lakukan secara sadar,karena untuk persiapan menghadapi kehidupan yang
lebih lama atau kekal di akhirat.
C.
Aspek
perkembangan emosi
Dalam banyak hal periode masa dewasa
madya adalah waktu timbulnya tekanan emosional. Bernice Nengerartein (Calhoun
dan Acocella,1990) mengatakan bahwa periode ini merupakan suatu masa ketika
orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.Meskipun bagi orang lain
adakalanya periode ini justru merupakan permulaan kemunduran,namun bagi
Erik Erikson dalam periode ini
individu memiliki antara kearifan dan
penyerapan pribadi.Kearifan yang dimaksud adalah kapasitas untuk mengembangkan
perhatian terhadap orang lain atau masyarakat sekitar.
Pada masa dewasa madya merupakan
salah satu waktu dalam hidup seseorang dimana bnyak terjadi peristiwa besar
yang memaksanya untuk mengadakan penataan kembali.Penataan kembali itu terjadi
karena adanya perubahan besar dalam fisiologis,psikologis,seksual dan
perubhaan-perubahan susila yang menyertai ketiga perubahan itu.[5]
Ada beberapa bahaya personal bagi
orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup
baru.Dari itu semua ada 6 macam yang dianggap umum dan serius.
1. Diterimanya kepercayaan tradisonal
Diterimanya kepercayaan tradisonal
tentang cii-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap
perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring bertambhanya usia seseorang yang
mengalami monopouse misalnya,sering disebut sebagai masa kritis.Kepercayaan
seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu,seperti dikatakan oleh
parker “masa tersebut membawa implikasi yang berbahaya karena manjadikan wanita
merasa bahwa kesehatannya,kebahagiannya,dan hidupnya merasa hancur dan paling
berbhaaya.Masa monopouse ini merupakan periode yang terasa amat panjang dengan
jaminan keselamatan yang sangat minim,dimana setiap saat dapat jatuh pada
jurang kehancuran mental atau penyakit jiwa yang serius.
2. Idealisasi
anak muda
Banyak
orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokkan
usia dalam pola perilaku umum.Seorang pria mungkin akan menolak untuk patuh
mengikuti resep dokter tentang diet atau akan menolak untuk membatasi kegiatan
walaupun dengan alasan demi kesehatan.Seperti anak yang menjelang usia akil
baligh,mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya.Begitu juga orang yang
berusia madya mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya dan kegiatannya.Sikap
memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat
mengkat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk
pembatasan ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi tua.
Wanita yang mempunyai
kemampuan penyesuaian diri paling buruk
adalah mereka yang sangat terikat dengan pentingnya faktor penampilan yang
keremajaan-remajaan dan yang mengagumi keperkasaan.Apabila mereka dipaksa untuk
mengaca diri bahwa mereka tidak menarik seperti dulu lagi,sehingga mereka tidak
lagi dapat menarik perhatian pria,mungkin mereka akan memberontak terhadap
statusnya sebagai orang berusia madya.Apabila penyesuaian diri dalam usia madya
tidak bagus,yang biasanya ditandai dengan keluhan dan penolakan yang terus
menerus terhadap perubahan fisik yang tidak dapat dihindari karena usia,maka
orang secara intensif tertarik pada dandanan dan pakaian.Bagi pria maupun
wanita pada umumnya berkonsentrasi pada pemilihan pakaian yang dapat
menimbulkan kesan bahwa ia nampak lebih muda dibandingkan sebelumnya.[6]
3. Perubahan
peran
Mengubah
peran bukanlah masalah yang muda,terutama setelah seseorang telah memainkan
peran tertentu selama periode waktu yang lama dan telah belajar memperoleh
kepuasan dari peran tersebut.Orang yang pernah mempunyai kesempatan untuk
memainkan banyak peran yang baru.Untuk dapat mneyesuaikan diri dengan peran
yang baru seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan
Havighurst”menghilangkan emosi yang selama ini diterpkan dalam peran tertentu
dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain
4. Perubahan
keinginan dan minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri
seseorang pada masa usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah
keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan
fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik.Merka mau tidak mau harus
mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengganti
keinginan lama yang biasa dilakukan,atau jauh dari hari sebelum masa madya tiba
mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga
dapat membebaskan dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan
keinginan yang biasanya dilakukan.
5. Symbol
status
Pada umumnya wanita semakin tua
semakin tertarik pada symbol status.Apabila
keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki symbol yang di
inginkan akan dapat membahayakan penyesuaian
pribadi dan sosial.Dalam kasus sperti ini ada tiga reaksi umum sebagai
bagian dari wanita yang sangat membutuhkan symbol tersebut.Pertama dia akan
mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyediakan cukup uang untuk
memperoleh status tersebut.Kedua dia akan bersikap boros dan menjerumuskan
keluarganya dengan utang.Ketiga dia juga bisa berbuat sesuatau dengan bekerja
misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya.
Semua pola respon tersebut merupakan
tanda betapa besar keinginan seorang untuk memperoleh symbol status.Sikap
seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga.
6. Aspirasi
yang tidak Realistis
Orang berusia madya yang mempunyai
keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai akan menghadapi
masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial,apabila kelak ia
menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut.
Kegagalan untuk mencapai setiap
cita-cita dan keinginan menimbulkan perasaan tidak enak dan rendah diri yaitu
perasaan yang biasanta dapat mengakibatkan kegagalan yang semakin parah.Bagi
seseorang yang mengalami perasaan gagal dalam berbagai hal sehingga mereka begitu
ruwet akan meniadakan dan mengalahkan perilaku positif apapum yang ia kerjakan
akibatnya ia akan mempunyai prestasi rendah bahkan lebih rendah dari prestasi
normalnya.Adanya beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial
pada masa usia madya itu.
·
Penampilan yang tidak
menarik
·
Kurang memiliki
keterampilan sosial
·
Kecenderungan untuk
lebih suka berkontak denngan keluarga
·
Masalah keuangan
·
Tekanan karena
keluarga
·
Popularitas yang
diinginkan
·
Mobilitas sosial[7]
D.
Ciri-ciri masa dewasa madya :
1. Usia madya merupakan periode yang
sangat ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia
tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak
mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah :
banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu :
kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai
dengan berhentinya reproduksi.
2.
Usia madya merupakan masa transisi
Usia ini merupakan masa transisi
seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak
ke masa remaja.
Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri
jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan
diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
3.
Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa
stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah,
khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung
merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa
bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek
sosial kehidupan mereka.
4.
Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya”
ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan
yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan
merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa
dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak
bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan.
Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan
gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.
5.
Usia madya adalah usia canggung
Sama
seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria
dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6.
Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya
merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk
menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan.
Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau
sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi.
Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka
ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag
(atau menetap) pada hidupnya.
7.
Usia madya adalah masa evaluasi
Usia ini umumnya manusia mencapai puncak
prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang
pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan
harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
8.
Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi
dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita.
Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan
wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan
sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda
ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya
tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan
dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita
menyatakan sikap pada usia tua.
- Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak
lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang
telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan
kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
- Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang
memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra
pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga
yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk
memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa
kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa usia madya adalah berlangsung dari umur
empat puluh sampai enam puluh tahun. Masa tersebut pada akhirnya
ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun
biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik. Sering pula diikuti oleh penurunan
daya ingat. Meningkatkannya kecenderungan untuk pension pada usia enam puluhan
sengaja ataupun tidak sengaja ataupun tidak sengaja usia enam puluhan tahun
dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut.
Ciri-ciri Masa Usia
Madya:
1.
Merupakan periode yang sangat ditakuti
2.
Merupakan masa transisi
3.
Adalah masa stress
4.
Usia yang berbahaya
5.
Usia canggung
6.
Masa berprestasi
7.
Masa evaluasi
8.
Evaluasi dengan standar ganda
9.
Merupakan masa sepi
10. Merupakan
masa jenu
B. Saran
Dari
penjelasan tentang Masa Usia Madya di atas tadi, setidaknya kita sudah
mengetahui sedikit tentang keadaan manusia di usia itu. Kita bisa mengukur
bagaimana kepribadian diri kita dan kepribadian orang-orang yang ada di sekitar
kita. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang kepribadian ini kita bisa
merubah kepribadian kita yang kurang baik dan bisa mengingatkan orang yang
kepribadiannya kurang baik dalam rangka fastabiqul khoirot.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock,
Elizabeth B, 1980, Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Erlangga
Lubis
Namora dan Pieter Zan Hern, 2010. Pengantar
Psikologi Untuk Kebidanan Jakarta: Kharisma Putra Utama.
http://pbauinmalang14.blogspot.co.id/2015/06/psikologi-perkembangan-pada-masa-dewasa-awal.
htm diunduh 28 september 2016
[1]
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi
Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1980) Hal. 320
[2]
Hern Zan Pieter dan Namora Lubis. Pengantar
Psikologi Untuk Kebidanan ( Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2010) Hal. 195
[3]
Elizabeth B. Hurlock, Hal. 336
[4]
Elizabeth B. Hurlock, Hal. 337
[5]
http://pbauinmalang14.blogspot.co.id/2015/06/psikologi-perkembangan-pada-masa-dewasa-awal.
htm diunduh 28 september 2016
[6]
Elizabeth B. Hurlock, hal. 338
[7]
Elizabeth B. Hurlock, hal. 339-340
Tidak ada komentar:
Posting Komentar