PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
HAKIKAT, FAKTOR, DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
OLEH :
Kelompok 3
·
Arfah Nur Haziah
·
Desra Yulia
·
Nurdiana Nasution
·
Siti Aisyah
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Dalam penyusunan
tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Hakikat, Faktor, dan Tugas-tugas Perkembangan, yang penulis
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan
berita. Makalah ini di susun oleh penulis
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing penulis
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah penulis di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C.
Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Psikologi Perkembangan.................................................................................. 2
B.
Faktor-faktor Perkembangan Anak................................................................................ 4
C. Tugas-tugas Perkembangan............................................................................................ 5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................................... 12
Saran................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi berkembang diawali dalam bidang
filsafat yang dikenal sebagai induk dari berbagai ilmu. Dalam perkembangannya
kemudian, psikologi juga banyak diminati oleh para ahli di bidang kedokteran.
Kelompok inilah kemudian yang berjasa menjadikan psikologi sebagai ilmu yang
berdiri sendiri.
Psikologi perkembangan merupakan suatu disiplin
ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia baik
dari prenatal maupun sudah lanjut usia. Inilah suatu signifikan dari
perkembangan rohani manusia itu sendiri yang dialami sejak ia lahir sampai
menjadi dewasa. Dalam proses perkembangan rohani itu terjadi perubahan yang
terus-menerus, tetapi perkembangan itu tetap merupakan satu kesatuan. Dari
sekilas tentang penjelasan mengenai pengertian psikologi secara globalitas ini,
jadi sudah dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa yang menjadi objek kajiannya
adalah jiwa perkembangan manusia. Nanti tidak salah kalau didalam pembahasan
psikologi ini banyak yang menyinggung dengan perkembangan seorang anak.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan hakikat psikologi
perkembangan?
2.
Apa-apa saja faktor-faktor perkembangan anak?
3.
Apakah tugas-tugas perkembangan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar
kita mengetahui tentang hakikat psikologi perkembangan, faktor-faktor
perkembangan anak, dan tugas-tugas perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Psikologi Perkembangan
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratotiumnya tahun 1879 yang
dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu pandangan tentang manusia
dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah
psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan
bentuk pragmatisnya di Benua Amerika.[1]
Sebelum mempelajari psikologi perkembangan, perhatian berawal pada
pemahaman yang mendalam pada anak-anak. Dasar pemikiran merujuk bahwa
penelitian dan buku-buku tentang anak sedikit, pemahaman terhadap seluk beluk
kehidupan anak sangat bergantung pada keyakinan dan tradisonal yang bersumber
pada spekulasi para filsuf dan teolog tentang anak dan latar belakang
perkembangannya, serta pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap kejiwaan anak.
Oleh karena itu, salah seorang filosof Plato mengatakan bahwa
perbedaan-perbedaan individual mempunyai dasar genetis. Potensi individu
dikatakannya telah ditentukan oleh faktor keturunan. Artinya, sejak lahir anak
telah memiliki bakat-bakat atau benih-benuh kemampuan yang dapat dikembangkan
melalui pengasuhan dan pendidikan.
Walaupun Plato tidak dapat memberikan bukti langsung dalam menunjang
spekulasinya, namun tampak jelas bahwa menurunnya anak merupakan miniature
orang dewasa. Anggapan ini tampak bahwa semua keterampilan, kemampuan, dan
pengetahuan yang tampil di kemudian hari setelah dewasa merupakan bawaan lahir
(innate ideas).
Proses-proses yang mendasari cara berfikir dan berbuat anak dianggap sama
seperti orang dewasa. Apabila anak berpikir dan melakukan perbuatan yang
menyimpang dari standar orang dewasa, ank dianggap bodoh dan apabila anak-anak
melanggar norma-norma sosial dan moral, dianggap berbuat jahat dan harus
diberikan hukuman seperti orang dewasa.
Pada abad ke-17, seorang filosof Inggris John Locke (1632-1704),
menyatakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling
menentukan dalam perkembangan anak, dia tidak mengakui adanya kemampuan bawaan
(innate knowledge). Menurut Locke,
isi kejiwaan anak ketika dilahirkan diibaratkan secarik kertas kosong, dimana
corak dan bentuk kertas ini sangat ditentukan bagaimana cara kertas ini ditulis.
Rousseau dalam bukunya Emile ou
L’education menolak pandangan bahwa anak memiliki sifat bawaan yang buruk (innate bad), dia menegaskan bahwa “All thinks are good as they come out of the
hand of their creator, but everything degenates in the hand of man” (segala-galanyaadalah
baik sebagaimana keluar dari tangan sang pencipta, tetapi segal-galanya
memburuk dalam tangan manusia). Pandangan ini dikenal dengan Noble Savage,
ungkapan ini mengandung arti bahwa anak ketika lahir telah membawa segi-segi
moral (hal-hal yang baik dan buruk, benar dan slah yang dapat berkembang secara
alami dengan baik), jika kemudian terdapat penyimpangan dan keburukan hal ini
dikarenakan pengaruh lingkungan dan pendidikan.
Pandangan Plato, Locke, Rousseau pada dasarnya bersifat spekulatif,
walaupun pada abad ke-18 telah ada penelitian-penelitian tentang anak seperti
Johan Heinrich Pestalozzi(1946-1827) ahli pendidikan dari Swiss, Dietrich
Tiedemen tabib dari Jerman, namun penelitian yang sungguh-sungguh terhadap
perkembangan anak-anak baru dimulai pada abad ke-19 yang dipelori oleh Charles
Darwub dan Wilhem Wundt.
Manusia sebagai objek ilmu pengetahuan, dan dibicarakannya dari sejak
munculnya filsafat dan ilmu, hingga sekarang dan pada masa mendatang, tidak
pernah kehabisan materi atau problematikanya. Telaahan tersebut akan selalu
saja menarik bagi manusia yang mau mempelajarinya. Hal tersebut dapat terjadi
karena kompleksitas manusia itu sendiri sebagai objek garapan ilmu pengetahuan.[2]
Termasuk jugak psikologi
perkembangan yang memiliki objek garapnya adalah manusia, seringkali menemukan
problematika ang sangat menarik ,malah terkadang cenderung terasa berat untuk
dipecahkan.Hal ini disebabkan karena kompleks dan uniknya manusia baik ditinjau
dari sudut pandangan biologis maupun dari sudut pandangan psikologis.Tidak
seorangpun didunia ini yang memiliki kesamaan total dengan manusia lainnya ,terutama yang menyangkut urusan kondisi
psikis atau jiwanya. Padahal tugas psikologi perkembangan mencoba mengungkapkan
dan menganalisis masalah-masalah tersebut.
Didalam mengamalkan serta
menerapkan konsep-konsep psikologi perkembangan perlu disadari bahwa:
a. Tidak
ada seorang anak pun didunia yang memiliki kesamaan total dengan lainnya.
b. Konsepsi-konsepsi
didalam psikologi perkembangan bukanlah
pembatasan mutlak atau pasti sifatnya.
c. Konsepsi-konsepsi
yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman umum yang
berlaku bagi perkembangan kejiwaan anak pada umumnya.
Dengan demikian, maka penggunaan
teori-teori maupun batasan-batasan yang ada didalam psikologi perkembangan
terasa tidak ada hambatan ataupun persoalan yang mengajukan.Konsepsi atau
teori-teori tentang kejiwaan pada
hakikatnya sangat banyak dan beragam sekali sifat serta pandangannya
,sebagaimana banyaknya kemungkinan perkembangan jiwa seorang manusia yang
kompleks dan unik.
Akan tetapi kesemua konsepsi
tersebut, untuk memudahkan mempelajari dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok pandangan disebut dengan istilah
periodisasi perkembangan. Periodisasi perkembangan manusia, setiap
individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini di
mulai sejak terjadinya peristiwa konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang
bayi, kemudian tumbuh berkembang sebagai anak-anak, remaja, dewasa sampai mati.
Dalam rentang waktu yang cukup panjang ini, guna kegiatan studi ilmiah yang
bersifat sistematis, maka para ahli psikologi perkembangan membagi-bagi menjadi
tahap-tahap yang dapat dikenali ciri-cirinya.
B.
Faktor-Faktor
Perkembangan Anak
Dalam proses perkembangan anak
dalam kenyataanyya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Dalam proses perkembangan (psikisnya) dari seorang anak.
Adapun berbagai macam faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh anak yaitu:[3]
a. Faktor-faktor
sebelum lahir, yakni adanya gajala-gejala tertentu yang terjadi sewaktu anak
masih didalam kandungan.
Contoh
Adanya gejala/ peristiwa kekurangan
nutrisi (zat-zat makanan untuk tubuh) pada ibu atau janin, terkenan infeksi
oleh bakteri, sifilis, TBC, diabetes mellitus, dan lain-lainnya.
b. Faktor
pada waktu lahir, yakni terjadinya suatu gangguan pada saat-saat anak
dilahirkanu. Umpamanya: terjadi defiect
(kerusakan) susunan saraf pusat dikarenakan kelahirannya dengan bantuan alat
sejenis tang (instrument birth), atau
karena dinding rahim ibu terlalu sempit, maka terjadi tekanan yang kuat
mengakibatkan pendarahan pada bagian kepala, dan lain-lain.
c. Faktor
sesudah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi setelah anak
lahir, terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan anak. Contoh, adanya
pengalaman anak yang traumatik (luka-luka) di kepala pada bagian luar atau
dalam, karena benturan dengan benda keras, kekurangan gizi/vitamin, dan masih
banyak contoh lainnya.
d. Faktor
psikologis, yakni adanya kejadian-kejadian tertentu yang menghambat berfungsinya
psikis, terutama yang menyangkut perkembangan inteligensi dan emosi anak yang
berdampak pada proses pertumbuhan anak.
Adapun tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi anak antara lain adalaah:
a. Faktor
herediter,yakni keturunan atau warisan sejak lahir dari kedua orangtuanya, neneknya,
dan seterusnya yang biasanya diturunkan
melalu kromoson.
b. Faktor
lingkungan, yakni segala sesuatu yang pada lingkungan dia berada atau bergaul. Segala
sesuatu yang berada diluar diri anak dialam semesta ini baik yang berupa
makhluk hidup atau makhluk yang mati.
C.
Tugas-Tugas
Perkembangan
Yang dimaksudkan dengan
tugas-tugas perkembangan anak dalam pembahasan ini adalah tinjaun teoritis
mengenai dinamika dari perkembangan anak. Penjelasan ini menerangkan tentang
daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau secara aktif
mengadakan-mengadakan percobaan-percobaaan. Ia akan berusaha mencoba segenap
potensi kemampuan untuk mencari pengalaman barunya. Sebab dengan kekayaan
pengalaman yang dimiliki anak akan
tumbuh dan berkembang jiwanya secara cepat dan sehat.
Menurut teori dorongan (motivasi)
bahwa segenap tingkah laku anak itu disimulasi dari dalam. Sebagaimana
dikatakan oleh C.Chifford T.Morgan bahwa motivasi adalah merupakan dorongan
keinginan, sekaligus sebagai sumber daya penggerak melakukan sesuatu yang berasal
dari dalam dirinya, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jika kebutuhan baik yang bersifat
biologis atau sosiokultural belum terpenuhi, maka akan timbul ketengangan, iritasi,
sakit hati atau frustasi, maka terjadi keadaan tidak seimbang pada dirinya.
Teori yang lain, yakni teori
dinamisme mengatakan bahwa didalam organisme yang hidup itu selalau ada yang
selalu ada usaha yang positif. Organisme itu memiliki kapasitas atau implus-implus
tertentu yang dipakai untuk memobilisasi semua kemampuan agar berfungsi dan
dapat dimanfaatkan, sejalan dengan pikiran tersebut maka anak bukan hanya
mempertahankan keseimbngan dirinya secara lahir dan batinnya, tetapi juga
mencari ketidakseimbangan. Ia akan selalu mencari pengalaman-pengalaman baru.
Ia ingin mengdakan eksperimen, menjelajahi arena-arena yang asing guna mencoba
potensi yang ada pada dirinya,dan mengetes bakatnya.
Hal
tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan karena didalam unsure kehidupan
ada tenaga pendorong untuk maju,berubah dan berkembang.
Jika intelektualnya sudah mulai
berkembang maka anak akan mulai
berbicara ,dan seterusnya.Yang demikian itu disebabkan anak merupakan subjek
yang aktif dalam memfungsikan segenap kemampuannya dalam proses
perkembangannya.Segala sesuatu yang berlangsung selama perkembangan,sebenarnya
akan membuahkan hasil sempurna bagi anak jika diproduksi oleh adanya interaksi
faktor heeditas dan faktor lingkungan.Sehingga tampaka perlunya bagi orang tua atau pendidikan untuk selalu
memperhatikan bakat alam rangka perawatan dan pendidikan anak.[4]
Didalam proses pengembangan diri
seorang anak dapat menengok pengalaman-pengalaman pada masa lampau, masa kini, untuk
kemudian membuat rencana hari esok. Lingkungan sosial ikut mempengaruhi
perkembangan dirinya, tetapi sebagai subjek anak bebas menentukan
seleksi/pilihan antara hal yang perlu ditolak dan diterima. Seorang anak
melakukan latihan segenap kemampuan dan fungsi psiko fisiknya perlu adanya
kelonggaran sedemikian rupa. Sebab anak adalah merupakan penguasa bagi dirinya
sendiri untuk hari sekarang dan hari pendatang.
Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst adalah tugas yang muncul pada
saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika
berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, jikalau gagal, akan
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas
berikutnya.
Beberapa tugas terutama muncul akibat dari kematangan fisik, seperti
belajar berjalan, yang lain terutama berkembang dari adanya tekanan-tekanan
budaya dari masyarakat, seperti belajar membaca , dan yang lain lagi tumbuh
dari nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individual, seperti memilih dan
mempersiapkan suatu pekerjaan. Tetapi pada umumnya, tugas-tugas dalam
perkembangan muncul dari ketiga macam kekuatan ini secara serempak.[5]
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai macam-macam tujuan yang sangat
berguna adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui
apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misalnya,
orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak mereka yang masih kecil
untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat
mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan-kerampilan tersebut
pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat
dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya.
2.
Dalam memberikan motivasi kepada setiap individu
untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial apad usia
tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya menunjukkan kepada setiap
individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan
dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.
Tugas perkembangan menunjukkan adanya hubungan dengan pendidikan, yaitu
pendidikan dan pelajaran formal yang diterima seseorang. Pendidikan menentukan
tugas apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada masa hidup tertentu. Konsep
diri (self concept) dan harga diri ( self esteem) akan turun bila seseorang
tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, karena orang tersebut
akan mendapat kecaman dan celaan masyarakat sekeliling. Orang akan merasa sedih
dan tidak bahagia. Sebaliknya keberhasilan dalam melaksanakan tugas
perkembangan memberikan perasaan berhasil dan akhirnya perasaan bahagia. Adapun
tugas-tugas perkembangan pada masa bayi, awal masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak
adalah sebagai berikut:
1. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Bayi
Karena pola perkembangan dapat diramalkan meskipun bayi yang berbeda
mencapai hal-hal yang penting pada pola ini dalam usia yang agak berbeda,
dapatlah dibuat standar dari harapan-harapan sosial dalam bentuk tugas-tugas
perkembangan. Misalnya, semua bayi diharapkan belajar berjalan, memakan makanan
padat, sedikit mengendalikan alat-alat pembuangan, mencapai stabilitas
fisiologis yang baik (terutama dalam irama lapar dan tidur), mempelajari
dasar-dasar berbicara, dan berhubungan secara emosional dengan orang tua dan
saudara-saudara kandung sampai derajat tertentu dan tidak sepenuhnya tersendiri
seperti pada dilahirkan. Tentu saja sebagian besar tugas-tugas perkembangan ini
belum dapat sepenuhnya dikuasai pada saat masa bayi hampir berakhir, tetapi
dasar-dasarnya harus sudah diletakkan.[6]
Ketika masa bayi berakhir, semua bayi normal sudah belajar berjalan,
meskipun dengan tingkat kecakapan yang berbeda-beda. Mereka juga sudah belajar
memakan makanan keras dan mencapai stabilitas fisiologis yang cukup baik.
Pembuangan kotoran yang merupakan tugas utama, sudah dapat dikendalikan dan
akan sepenuhnya dikuasai dalam waktu setahun atau dua tahun.
Meskipun kebanyakan bayi sudah menambahkan kosa kata yang berguna, dapat
menyebutkan kata-kata yang digunakan secara tepat, dapat mengerti pernyataan dan
perintah-perintah yang sederhana, dan dapat menggabungkan beberapa kata
menjadi kalimat yang berarti, tetapi
kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk mengerti apa
yang dikatakan orang lain kepada mereka masih dalam tingkat yang rendah.
Perkembangan yang pesat dari susunan saraf, pengerasan tulang, dan
penguatan otot, memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi,
tetapi keberhasilan bayi dalam hal ini bergantung pada kesempatan yang
diberikan untuk menguasai tugas tersebut dan bergantung pada bantuan serta
bimbingan yang diperoleh.
Bayi yang berkembang lambat dalam penguasaan tugas-tugas perkembangan
masa bayi akan mengalami kesulitan pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak
dan diharapkan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan selama tiga tahun.
Dasar yang kurang baik dalam keterampilan motorik atau berbicara, akan
menyulitkan anak belia untuk menyuasai berbagai keterampilan dibidang
perkembangan itu. Sebaliknya, tugas perkembangan ini dikuasai dengan baik maka
bayi akan memiliki dasar yang dibutuhkan untuk berhasil menyuasai keterampilan
berbicara, keterampilan motorik dan bentuk pengendalian tubuh lainnya yang
penting untuk menjadi bagian dari kelompok sebayanya, yaitu salah satu tugas
perkembangan yang penting dari awal masa kanak-kanak.
2. Tugas-tugas Perkembangan Pada Awal Masa
Kanak-kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah
dikuasai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi
masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam periode
awal masa kanak-kanak yang relatif singkat. Pada saat masa bayi berakhir, semua
bayi normal telah belajar berjalan meskipun dalam tingkat kecakapan yang
berbeda-beda telah belajar makan-makanan keras dan telah mencapai tingkat
stabilitas fisiologis yang cukup baik. Tugas pokok dalam belajar mengendalikan
pembuangan kotoran sudah hampir sempurna dan akan sepenuhnya dikuasai dalam
setahun atau dua tahun lagi.[7]
Sebagian besar bayi telah menambah kosa kata yang berguna, telah dapat
dengan tepat mengucapkan kata-kata yang mereka gunakan, dapat mengerti arti
dari pernyataan dan perintah yang sederhana, dan dapat menggabungkan beberapa
kata menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain masih dalam
taraf yang rendah. Masih banyak yang harus dikuasai sebelum mereka masuk
sekolah.
Mereka juga sudah mempunyai pengertian sederhana mengenai kenyataan
sosial dan fisik tetapi masih sangat kurang untuk menghadapi cakrawala sosial
serta lingkungan fisik yang semakin luas. Hanya sedikit bayi yang mengetahui
perbedaan seks lebih dari sekedar unsure dasarnya, dan lebih sedikit lagi yang
mengetahui tentang arti sopan santun seksual.
Demikian pula halnya dengan pengertian tentang benar dan
salah.pengetahuan tentang benar dan slah masih terbatas pada situasi rumah dan
harus diperluas dengan pengertian benar dan slah dalam hubungannya dengan orang-orang
di luar rumah terutama di lingkungan tetangga, sekolah dan teman bermain. Lebih
penting lagi anak-anak harus meletakkan dasar-dasar untuk hati nurani sebagai
bimbingan untuk perilaku benar dan salah.
Salah satu yang terpenting dan yang bagi banyak anak-anak merupakan tugas
perkembangan yang paling sulit adalah belajar untuk berhubungan secara
emosional dengan orang tua, saudara-saudar kandung, dan orang lain. Hubungan
emosional yang terdapat selama masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih
matang. Alasannya adalah karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi
berdasarkan pada ketergantungan bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
emosionalnya, terutam kebutuhan kasih sayang.
3. Tugas-tugas Perkembangan Pada Akhir Masa
Kanak-kanak
a.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan
untuk permainan-permainan yang umum.
b.
Membangun sikap makhluk yang sehat mengenai diri
sendiri sebagi makhluk yang sedang tumbuh.
c.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman
seusianya.
d.
Mulai mengembangkan peran sosial pria atau
wanita yang tepat.
e.
Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar
untuk membaca, menulis, dan berhitung.
f.
Mengembangkan pengertian-pengertian yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g.
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan
tata dan tingkatan nilai.
h.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok
sosial dan lembaga-lembaga.
i.
Mencapai kebebasan pribadi.[8]
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan:
Yang
menghalangi:
1.
Tingkat perkembangan yang mundur.
2.
Tidak ada kesempatan untuk mempelajari
tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.
3.
Tidak ada motivasi.
4.
Kesehatan yang buruk.
5.
Cacat tubuh.
6.
Tingkat kecerdasan yang rendah.
Yang Mendukung:
1.
Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan.
2.
Kesempatan-kesempatan untuk
mempelajaritugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya.
3.
Motivasi.
4.
Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh.
5.
Tingkat kecerdasan yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
A. Hakikat Psikologi Perkembangan
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratotiumnya tahun 1879 yang
dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu pandangan tentang manusia
dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah
psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan
bentuk pragmatisnya di Benua Amerika.
Manusia sebagai objek ilmu pengetahuan, dan dibicarakannya dari sejak
munculnya filsafat dan ilmu, hingga sekarang dan pada masa mendatang, tidak
pernah kehabisan materi atau problematikanya. Telaahan tersebut akan selalu
saja menarik bagi manusia yang mau mempelajarinya. Hal tersebut dapat terjadi karena
kompleksitas manusia itu sendiri sebagai objek garapan ilmu pengetahuan.
Didalam mengamalkan serta
menerapkan konsep-konsep psikologi perkembangan perlu disadari bahwa:
d. Tidak
ada seorang anak pun didunia yang memiliki kesamaan total dengan lainnya.
e. Konsepsi-konsepsi
didalam psikologi perkembangan bukanlah
pembatasan mutlak atau pasti sifatnya.
f. Konsepsi-konsepsi
yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman umum yang
berlaku bagi perkembangan kejiwaan anak pada umumnya.
B. Faktor-Faktor
Perkembangan Anak
Adapun berbagai macam faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh anak yaitu:
a.
Faktor-faktor sebelum
lahir
b.
Faktor pada waktu
lahir
c.
Faktor sesudah lahir
d.
Faktor psikologis
C. Tugas-Tugas
Perkembangan
Yang dimaksudkan dengan tugas-tugas
perkembangan anak dalam pembahasan ini adalah tinjaun teoritis mengenai
dinamika dari perkembangan anak. Penjelasan ini menerangkan tentang daya
dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau secara aktif
mengadakan-mengadakan percobaan-percobaaan. Ia akan berusaha mencoba segenap
potensi kemampuan untuk mencari pengalaman barunya. Sebab dengan kekayaan
pengalaman yang dimiliki anak akan
tumbuh dan berkembang jiwanya secara cepat dan sehat.
Beberapa tugas
terutama muncul akibat dari kematangan fisik, seperti belajar berjalan, yang
lain terutama berkembang dari adanya tekanan-tekanan budaya dari masyarakat,
seperti belajar membaca , dan yang lain lagi tumbuh dari nilai-nilai dan
aspirasi-aspirasi individual, seperti memilih dan mempersiapkan suatu
pekerjaan.
Saran
Bacalah makalah ini
agar kita dapat mengetahui dan memperluasan wawasan mengenai hakikat, faktor,
dan tugas-tugas perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan munawaw Sholeh.2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nurussakinah.2015. Psikologi Kecerdasan Anak. Medan: Perdana Publishing.
Hurlock, B. Ellizabeth.1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penertbit Erlangga.
Jahja, Yudrik.2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
[1] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011)
hal: 3
[2] Abu Ahmadi dan Munawar
Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005) hal: 64
[3] Abu Ahmadi dan Munawar
Sholeh, Psikologi Perkembangan, hal:
66
[4] Abu Ahmadi dan Munawar
Sholeh, Psikologi Perkembangan, hal:
68
[5] Nurussakinah, Psikologi Kecerdasan Anak (Medan:
Perdana Publishing), hal: 24
[6] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:
Erlangga), hal: 78
[7] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:
Erlangga), hal: 109
[8] Nurussakinah, Psikologi Kecerdasan Anak, hal: 25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar