Rabu, 11 Mei 2016

Makalah Psikologi Perkembangan (Hakikat, Faktor dan Tugas-Tugas Perkembangan)




PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
HAKIKAT, FAKTOR, DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN













    
OLEH :
Kelompok 3


·         Arfah Nur Haziah    
·         Desra Yulia
·         Nurdiana Nasution
·         Siti Aisyah



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2016




KATA PENGANTAR

           
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penulis  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Hakikat, Faktor, dan Tugas-tugas Perkembangan, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  penulis  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  penulis  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.




Medan, 8 April 2016


Penulis

 




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.........................................................................................................     i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................  ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................     1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................   1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................     1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Psikologi Perkembangan..................................................................................     2
B. Faktor-faktor Perkembangan Anak................................................................................     4
C. Tugas-tugas Perkembangan............................................................................................     5

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................................................   12
Saran...................................................................................................................................   13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................   14





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi berkembang diawali dalam bidang filsafat yang dikenal sebagai induk dari berbagai ilmu. Dalam perkembangannya kemudian, psikologi juga banyak diminati oleh para ahli di bidang kedokteran. Kelompok inilah kemudian yang berjasa menjadikan psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Psikologi perkembangan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia baik dari prenatal maupun sudah lanjut usia. Inilah suatu signifikan dari perkembangan rohani manusia itu sendiri yang dialami sejak ia lahir sampai menjadi dewasa. Dalam proses perkembangan rohani itu terjadi perubahan yang terus-menerus, tetapi perkembangan itu tetap merupakan satu kesatuan. Dari sekilas tentang penjelasan mengenai pengertian psikologi secara globalitas ini, jadi sudah dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa yang menjadi objek kajiannya adalah jiwa perkembangan manusia. Nanti tidak salah kalau didalam pembahasan psikologi ini banyak yang menyinggung dengan perkembangan seorang anak.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan hakikat psikologi perkembangan?
2.      Apa-apa saja faktor-faktor perkembangan anak?
3.      Apakah tugas-tugas perkembangan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui tentang hakikat psikologi perkembangan, faktor-faktor perkembangan anak, dan tugas-tugas perkembangan.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Psikologi Perkembangan
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratotiumnya tahun 1879 yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di Benua Amerika.[1]
Sebelum mempelajari psikologi perkembangan, perhatian berawal pada pemahaman yang mendalam pada anak-anak. Dasar pemikiran merujuk bahwa penelitian dan buku-buku tentang anak sedikit, pemahaman terhadap seluk beluk kehidupan anak sangat bergantung pada keyakinan dan tradisonal yang bersumber pada spekulasi para filsuf dan teolog tentang anak dan latar belakang perkembangannya, serta pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap kejiwaan anak. Oleh karena itu, salah seorang filosof Plato mengatakan bahwa perbedaan-perbedaan individual mempunyai dasar genetis. Potensi individu dikatakannya telah ditentukan oleh faktor keturunan. Artinya, sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benuh kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan.
Walaupun Plato tidak dapat memberikan bukti langsung dalam menunjang spekulasinya, namun tampak jelas bahwa menurunnya anak merupakan miniature orang dewasa. Anggapan ini tampak bahwa semua keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan yang tampil di kemudian hari setelah dewasa merupakan bawaan lahir (innate ideas).
Proses-proses yang mendasari cara berfikir dan berbuat anak dianggap sama seperti orang dewasa. Apabila anak berpikir dan melakukan perbuatan yang menyimpang dari standar orang dewasa, ank dianggap bodoh dan apabila anak-anak melanggar norma-norma sosial dan moral, dianggap berbuat jahat dan harus diberikan hukuman seperti orang dewasa.
Pada abad ke-17, seorang filosof Inggris John Locke (1632-1704), menyatakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak, dia tidak mengakui adanya kemampuan bawaan (innate knowledge). Menurut Locke, isi kejiwaan anak ketika dilahirkan diibaratkan secarik kertas kosong, dimana corak dan bentuk kertas ini sangat ditentukan bagaimana cara kertas ini ditulis.
Rousseau dalam bukunya Emile ou L’education menolak pandangan bahwa anak memiliki sifat bawaan yang buruk (innate bad), dia menegaskan bahwa “All thinks are good as they come out of the hand of their creator, but everything degenates in the hand of man” (segala-galanyaadalah baik sebagaimana keluar dari tangan sang pencipta, tetapi segal-galanya memburuk dalam tangan manusia). Pandangan ini dikenal dengan Noble Savage, ungkapan ini mengandung arti bahwa anak ketika lahir telah membawa segi-segi moral (hal-hal yang baik dan buruk, benar dan slah yang dapat berkembang secara alami dengan baik), jika kemudian terdapat penyimpangan dan keburukan hal ini dikarenakan pengaruh lingkungan dan pendidikan.
Pandangan Plato, Locke, Rousseau pada dasarnya bersifat spekulatif, walaupun pada abad ke-18 telah ada penelitian-penelitian tentang anak seperti Johan Heinrich Pestalozzi(1946-1827) ahli pendidikan dari Swiss, Dietrich Tiedemen tabib dari Jerman, namun penelitian yang sungguh-sungguh terhadap perkembangan anak-anak baru dimulai pada abad ke-19 yang dipelori oleh Charles Darwub dan Wilhem Wundt.
Manusia sebagai objek ilmu pengetahuan, dan dibicarakannya dari sejak munculnya filsafat dan ilmu, hingga sekarang dan pada masa mendatang, tidak pernah kehabisan materi atau problematikanya. Telaahan tersebut akan selalu saja menarik bagi manusia yang mau mempelajarinya. Hal tersebut dapat terjadi karena kompleksitas manusia itu sendiri sebagai objek garapan ilmu pengetahuan.[2]
Termasuk jugak psikologi perkembangan yang memiliki objek garapnya adalah manusia, seringkali menemukan problematika ang sangat menarik ,malah terkadang cenderung terasa berat untuk dipecahkan.Hal ini disebabkan karena kompleks dan uniknya manusia baik ditinjau dari sudut pandangan biologis maupun dari sudut pandangan psikologis.Tidak seorangpun didunia ini yang memiliki kesamaan total dengan manusia lainnya  ,terutama yang menyangkut urusan kondisi psikis atau jiwanya. Padahal tugas psikologi perkembangan mencoba mengungkapkan dan menganalisis masalah-masalah tersebut.
Didalam mengamalkan serta menerapkan konsep-konsep psikologi perkembangan perlu disadari bahwa:

a.       Tidak ada seorang anak pun didunia yang memiliki kesamaan total dengan lainnya.
b.      Konsepsi-konsepsi didalam psikologi  perkembangan bukanlah pembatasan mutlak atau pasti sifatnya.
c.       Konsepsi-konsepsi yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman umum yang berlaku  bagi perkembangan  kejiwaan anak pada umumnya.

Dengan demikian, maka penggunaan teori-teori maupun batasan-batasan yang ada didalam psikologi perkembangan terasa tidak ada hambatan ataupun persoalan yang mengajukan.Konsepsi atau teori-teori tentang  kejiwaan pada hakikatnya sangat banyak dan beragam sekali sifat serta pandangannya ,sebagaimana banyaknya kemungkinan perkembangan jiwa seorang manusia yang kompleks dan unik.
            Akan tetapi kesemua konsepsi tersebut, untuk memudahkan mempelajari dapat  dikelompokkan menjadi 3 kelompok pandangan disebut dengan istilah periodisasi perkembangan. Periodisasi perkembangan manusia, setiap individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini di mulai sejak terjadinya peristiwa konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, kemudian tumbuh berkembang sebagai anak-anak, remaja, dewasa sampai mati. Dalam rentang waktu yang cukup panjang ini, guna kegiatan studi ilmiah yang bersifat sistematis, maka para ahli psikologi perkembangan membagi-bagi menjadi tahap-tahap yang dapat dikenali ciri-cirinya.

B.     Faktor-Faktor Perkembangan Anak
Dalam proses perkembangan anak dalam kenyataanyya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dalam proses perkembangan (psikisnya) dari seorang anak.
Adapun berbagai macam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh anak yaitu:[3]
a.       Faktor-faktor sebelum lahir, yakni adanya gajala-gejala tertentu yang terjadi sewaktu anak masih didalam kandungan.


Contoh
Adanya gejala/ peristiwa kekurangan nutrisi (zat-zat makanan untuk tubuh) pada ibu atau janin, terkenan infeksi oleh bakteri, sifilis, TBC, diabetes mellitus, dan lain-lainnya.
b.      Faktor pada waktu lahir, yakni terjadinya suatu gangguan pada saat-saat anak dilahirkanu. Umpamanya: terjadi defiect (kerusakan) susunan saraf pusat dikarenakan kelahirannya dengan bantuan alat sejenis tang (instrument birth), atau karena dinding rahim ibu terlalu sempit, maka terjadi tekanan yang kuat mengakibatkan pendarahan pada bagian kepala, dan lain-lain.
c.       Faktor sesudah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi setelah anak lahir, terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan anak. Contoh, adanya pengalaman anak yang traumatik (luka-luka) di kepala pada bagian luar atau dalam, karena benturan dengan benda keras, kekurangan gizi/vitamin, dan masih banyak contoh lainnya.
d.      Faktor psikologis, yakni adanya kejadian-kejadian tertentu yang menghambat berfungsinya psikis, terutama yang menyangkut perkembangan inteligensi dan emosi anak yang berdampak pada proses pertumbuhan anak.

Adapun tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anak antara lain adalaah:
a.       Faktor herediter,yakni keturunan atau warisan sejak lahir dari kedua orangtuanya, neneknya, dan seterusnya yang biasanya diturunkan  melalu kromoson.
b.      Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang pada lingkungan dia berada atau bergaul. Segala sesuatu yang berada diluar diri anak dialam semesta ini baik yang berupa makhluk hidup atau makhluk yang mati.

C.    Tugas-Tugas Perkembangan
Yang dimaksudkan dengan tugas-tugas perkembangan anak dalam pembahasan ini adalah tinjaun teoritis mengenai dinamika dari perkembangan anak. Penjelasan ini menerangkan tentang daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau secara aktif mengadakan-mengadakan percobaan-percobaaan. Ia akan berusaha mencoba segenap potensi kemampuan untuk mencari pengalaman barunya. Sebab dengan kekayaan pengalaman yang dimiliki anak  akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara cepat dan sehat.
Menurut teori dorongan (motivasi) bahwa segenap tingkah laku anak itu disimulasi dari dalam. Sebagaimana dikatakan oleh C.Chifford T.Morgan bahwa motivasi adalah merupakan dorongan keinginan, sekaligus sebagai sumber daya penggerak melakukan sesuatu yang berasal dari dalam dirinya, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jika kebutuhan baik yang bersifat biologis atau sosiokultural belum terpenuhi, maka akan timbul ketengangan, iritasi, sakit hati atau frustasi, maka terjadi keadaan tidak seimbang pada dirinya.
Teori yang lain, yakni teori dinamisme mengatakan bahwa didalam organisme yang hidup itu selalau ada yang selalu ada usaha yang positif. Organisme itu memiliki kapasitas atau implus-implus tertentu yang dipakai untuk memobilisasi semua kemampuan agar berfungsi dan dapat dimanfaatkan, sejalan dengan pikiran tersebut maka anak bukan hanya mempertahankan keseimbngan dirinya secara lahir dan batinnya, tetapi juga mencari ketidakseimbangan. Ia akan selalu mencari pengalaman-pengalaman baru. Ia ingin mengdakan eksperimen, menjelajahi arena-arena yang asing guna mencoba potensi yang ada pada dirinya,dan mengetes bakatnya.
Hal tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan karena didalam unsure kehidupan ada tenaga pendorong untuk maju,berubah dan berkembang.
Jika intelektualnya sudah mulai berkembang maka anak akan  mulai berbicara ,dan seterusnya.Yang demikian itu disebabkan anak merupakan subjek yang aktif dalam memfungsikan segenap kemampuannya dalam proses perkembangannya.Segala sesuatu yang berlangsung selama perkembangan,sebenarnya akan membuahkan hasil sempurna bagi anak jika diproduksi oleh adanya interaksi faktor heeditas dan faktor lingkungan.Sehingga tampaka perlunya  bagi orang tua atau pendidikan untuk selalu memperhatikan bakat alam rangka perawatan dan pendidikan anak.[4]
Didalam proses pengembangan diri seorang anak dapat menengok pengalaman-pengalaman pada masa lampau, masa kini, untuk kemudian membuat rencana hari esok. Lingkungan sosial ikut mempengaruhi perkembangan dirinya, tetapi sebagai subjek anak bebas menentukan seleksi/pilihan antara hal yang perlu ditolak dan diterima. Seorang anak melakukan latihan segenap kemampuan dan fungsi psiko fisiknya perlu adanya kelonggaran sedemikian rupa. Sebab anak adalah merupakan penguasa bagi dirinya sendiri untuk hari sekarang dan hari pendatang.
Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, jikalau gagal, akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Beberapa tugas terutama muncul akibat dari kematangan fisik, seperti belajar berjalan, yang lain terutama berkembang dari adanya tekanan-tekanan budaya dari masyarakat, seperti belajar membaca , dan yang lain lagi tumbuh dari nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individual, seperti memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan. Tetapi pada umumnya, tugas-tugas dalam perkembangan muncul dari ketiga macam kekuatan ini secara serempak.[5]
Tugas-tugas dalam perkembangan mempunyai macam-macam tujuan yang sangat berguna adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu. Misalnya, orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak-anak mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan. Dengan pengertian bahwa masyarakat mengharapkan anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan-kerampilan tersebut pada usia-usia tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka akan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil melakukannya.
2.      Dalam memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial apad usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. Dan akhirnya menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.

Tugas perkembangan menunjukkan adanya hubungan dengan pendidikan, yaitu pendidikan dan pelajaran formal yang diterima seseorang. Pendidikan menentukan tugas apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada masa hidup tertentu. Konsep diri (self concept) dan harga diri ( self esteem) akan turun bila seseorang tidak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, karena orang tersebut akan mendapat kecaman dan celaan masyarakat sekeliling. Orang akan merasa sedih dan tidak bahagia. Sebaliknya keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan akhirnya perasaan bahagia. Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa bayi, awal masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak adalah sebagai berikut:

1.      Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Bayi
Karena pola perkembangan dapat diramalkan meskipun bayi yang berbeda mencapai hal-hal yang penting pada pola ini dalam usia yang agak berbeda, dapatlah dibuat standar dari harapan-harapan sosial dalam bentuk tugas-tugas perkembangan. Misalnya, semua bayi diharapkan belajar berjalan, memakan makanan padat, sedikit mengendalikan alat-alat pembuangan, mencapai stabilitas fisiologis yang baik (terutama dalam irama lapar dan tidur), mempelajari dasar-dasar berbicara, dan berhubungan secara emosional dengan orang tua dan saudara-saudara kandung sampai derajat tertentu dan tidak sepenuhnya tersendiri seperti pada dilahirkan. Tentu saja sebagian besar tugas-tugas perkembangan ini belum dapat sepenuhnya dikuasai pada saat masa bayi hampir berakhir, tetapi dasar-dasarnya harus sudah diletakkan.[6]
Ketika masa bayi berakhir, semua bayi normal sudah belajar berjalan, meskipun dengan tingkat kecakapan yang berbeda-beda. Mereka juga sudah belajar memakan makanan keras dan mencapai stabilitas fisiologis yang cukup baik. Pembuangan kotoran yang merupakan tugas utama, sudah dapat dikendalikan dan akan sepenuhnya dikuasai dalam waktu setahun atau dua tahun.
Meskipun kebanyakan bayi sudah menambahkan kosa kata yang berguna, dapat menyebutkan kata-kata yang digunakan secara tepat, dapat mengerti pernyataan dan perintah-perintah yang sederhana, dan dapat menggabungkan beberapa kata menjadi  kalimat yang berarti, tetapi kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain kepada mereka masih dalam tingkat yang rendah.
Perkembangan yang pesat dari susunan saraf, pengerasan tulang, dan penguatan otot, memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi, tetapi keberhasilan bayi dalam hal ini bergantung pada kesempatan yang diberikan untuk menguasai tugas tersebut dan bergantung pada bantuan serta bimbingan yang diperoleh.
Bayi yang berkembang lambat dalam penguasaan tugas-tugas perkembangan masa bayi akan mengalami kesulitan pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak dan diharapkan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan selama tiga tahun. Dasar yang kurang baik dalam keterampilan motorik atau berbicara, akan menyulitkan anak belia untuk menyuasai berbagai keterampilan dibidang perkembangan itu. Sebaliknya, tugas perkembangan ini dikuasai dengan baik maka bayi akan memiliki dasar yang dibutuhkan untuk berhasil menyuasai keterampilan berbicara, keterampilan motorik dan bentuk pengendalian tubuh lainnya yang penting untuk menjadi bagian dari kelompok sebayanya, yaitu salah satu tugas perkembangan yang penting dari awal masa kanak-kanak.

2.      Tugas-tugas Perkembangan Pada Awal Masa Kanak-kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah dikuasai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relatif singkat. Pada saat masa bayi berakhir, semua bayi normal telah belajar berjalan meskipun dalam tingkat kecakapan yang berbeda-beda telah belajar makan-makanan keras dan telah mencapai tingkat stabilitas fisiologis yang cukup baik. Tugas pokok dalam belajar mengendalikan pembuangan kotoran sudah hampir sempurna dan akan sepenuhnya dikuasai dalam setahun atau dua tahun lagi.[7]
Sebagian besar bayi telah menambah kosa kata yang berguna, telah dapat dengan tepat mengucapkan kata-kata yang mereka gunakan, dapat mengerti arti dari pernyataan dan perintah yang sederhana, dan dapat menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain masih dalam taraf yang rendah. Masih banyak yang harus dikuasai sebelum mereka masuk sekolah.
Mereka juga sudah mempunyai pengertian sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik tetapi masih sangat kurang untuk menghadapi cakrawala sosial serta lingkungan fisik yang semakin luas. Hanya sedikit bayi yang mengetahui perbedaan seks lebih dari sekedar unsure dasarnya, dan lebih sedikit lagi yang mengetahui tentang arti sopan santun seksual.
Demikian pula halnya dengan pengertian tentang benar dan salah.pengetahuan tentang benar dan slah masih terbatas pada situasi rumah dan harus diperluas dengan pengertian benar dan slah dalam hubungannya dengan orang-orang di luar rumah terutama di lingkungan tetangga, sekolah dan teman bermain. Lebih penting lagi anak-anak harus meletakkan dasar-dasar untuk hati nurani sebagai bimbingan untuk perilaku benar dan salah.
Salah satu yang terpenting dan yang bagi banyak anak-anak merupakan tugas perkembangan yang paling sulit adalah belajar untuk berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara-saudar kandung, dan orang lain. Hubungan emosional yang terdapat selama masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih matang. Alasannya adalah karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi berdasarkan pada ketergantungan bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, terutam kebutuhan kasih sayang.

3.      Tugas-tugas Perkembangan Pada Akhir Masa Kanak-kanak
a.       Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
b.      Membangun sikap makhluk yang sehat mengenai diri sendiri sebagi makhluk yang sedang tumbuh.
c.       Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
d.      Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e.       Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
f.       Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
g.      Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai.
h.      Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
i.        Mencapai kebebasan pribadi.[8]

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan:
Yang menghalangi:
1.      Tingkat perkembangan yang mundur.
2.      Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.
3.      Tidak ada motivasi.
4.      Kesehatan yang buruk.
5.      Cacat tubuh.
6.      Tingkat kecerdasan yang rendah.

Yang Mendukung:
1.      Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan.
2.      Kesempatan-kesempatan untuk mempelajaritugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya.
3.      Motivasi.
4.      Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh.
5.      Tingkat kecerdasan yang tinggi.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
A. Hakikat Psikologi Perkembangan
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratotiumnya tahun 1879 yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani Kuno. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di Benua Amerika.
Manusia sebagai objek ilmu pengetahuan, dan dibicarakannya dari sejak munculnya filsafat dan ilmu, hingga sekarang dan pada masa mendatang, tidak pernah kehabisan materi atau problematikanya. Telaahan tersebut akan selalu saja menarik bagi manusia yang mau mempelajarinya. Hal tersebut dapat terjadi karena kompleksitas manusia itu sendiri sebagai objek garapan ilmu pengetahuan. 
Didalam mengamalkan serta menerapkan konsep-konsep psikologi perkembangan perlu disadari bahwa:
d.      Tidak ada seorang anak pun didunia yang memiliki kesamaan total dengan lainnya.
e.       Konsepsi-konsepsi didalam psikologi  perkembangan bukanlah pembatasan mutlak atau pasti sifatnya.
f.       Konsepsi-konsepsi yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman umum yang berlaku  bagi perkembangan  kejiwaan anak pada umumnya.

B. Faktor-Faktor Perkembangan Anak
Adapun berbagai macam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh anak yaitu:
a.       Faktor-faktor sebelum lahir
b.      Faktor pada waktu lahir
c.       Faktor sesudah lahir
d.      Faktor psikologis


C. Tugas-Tugas Perkembangan
Yang dimaksudkan dengan tugas-tugas perkembangan anak dalam pembahasan ini adalah tinjaun teoritis mengenai dinamika dari perkembangan anak. Penjelasan ini menerangkan tentang daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga anak mau secara aktif mengadakan-mengadakan percobaan-percobaaan. Ia akan berusaha mencoba segenap potensi kemampuan untuk mencari pengalaman barunya. Sebab dengan kekayaan pengalaman yang dimiliki anak  akan tumbuh dan berkembang jiwanya secara cepat dan sehat.
Beberapa tugas terutama muncul akibat dari kematangan fisik, seperti belajar berjalan, yang lain terutama berkembang dari adanya tekanan-tekanan budaya dari masyarakat, seperti belajar membaca , dan yang lain lagi tumbuh dari nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individual, seperti memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan.

Saran
Bacalah makalah ini agar kita dapat mengetahui dan memperluasan wawasan mengenai hakikat, faktor, dan tugas-tugas perkembangan.
















DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan munawaw Sholeh.2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurussakinah.2015. Psikologi Kecerdasan Anak. Medan: Perdana Publishing.
Hurlock, B. Ellizabeth.1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penertbit Erlangga.
Jahja, Yudrik.2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Pernada Media Group.


[1] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan,  (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) hal: 3
[2] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005) hal: 64
[3] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, hal: 66
[4] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, hal: 68
[5] Nurussakinah, Psikologi Kecerdasan Anak (Medan: Perdana Publishing), hal: 24
[6] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga), hal: 78
[7] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga), hal: 109
[8] Nurussakinah, Psikologi Kecerdasan Anak, hal: 25
 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar