SIKAP
PEMBENTUKAN DAN PERUBAHANNYA
Dosen
Pengampuh : Aulia Marzuki, M. Psi
Disusun
Oleh
DIAH
AMALIA
ERYA
YUNANDA
NAWAL EL
MUTAWAKIL
SITI
AISYAH
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Bimbingan Konseling Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Tahun Ajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial.
Dalam penyusunan
tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sikap,
Pembentukkan dan Perubahannya
yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing penulis
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah penulis di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jelaskan tentang Pengertian sikap........................................................................... 3
B.
Jelaskan Isi, Struktur, dan Fungsi Sikap.................................................................. 4
C.
Bagaimana Proses Pembentukan Sikap................................................................... 6
D.
Bagaimana Hubungan Antara Sikap dan Prilaku.................................................... 8
E.
Sebutkan Teori-teori yang terdapat di dalam
Sikap................................................ 9
F.
Bagaimana cara Mengubah sikap melalui Komunikasi
Persuasif............................ 10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................................... 14
Saran................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan individu lainnya.
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi
sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak
kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya
sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap
kaitannya denganefek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem
hubungan antarkelompok.
Banyak
sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan
individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada
dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat
atau menghindar, posotitif atau negative terhadap berbagai keadaan sosial,
apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya (Howard dan
Kendler, 1974;Gerungan, 2000).
Oleh
karena itu kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai sikap. Untuk
itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian sikap,
proses dan komponen sikap, faktor – faktor yang mempengaruhi sikap, teori-
teori tentang sikapdan hubungan sikap dengan perilaku.
B.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
tentang Pengertian sikap ?
2. Jelaskan
Isi, Struktur, dan Fungsi Sikap ?
3. Bagaimana
Proses Pembentukan Sikap ?
4. Bagaimana
Hubungan Antara Sikap dan Prilaku ?
5. Sebutkan
Teori-teori yang terdapat di dalam Sikap ?
6. Bagaimana
cara Mengubah sikap melalui Komunikasi Persuasif ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
pengertian sikap
2. Mengetahui
Struktur, dan Fungsi Sikap
3. Mengetahui
Proses Pembentukan Sikap
4. Mengetahui
Hubungan Antara Sikap dan Prilaku
5. Mengetahui
Teori-teori yang terdapat di dalam Sikap
6. Mengetahui
cara Mengubah sikap melalui Komunikasi Persuasif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sikap
Apakah sikap itu? Ada banyak
defenisi mengenai sikap, akan tetapi terdapat satu aspek sentral yang tidak
pernah terlewatkan, yaitu aspek evaluative (Albarracin, Johnson, Zanna dan
Kumkale). Sikap sering kali dipandang sebagai object-evaluation association. Dari beberapa defenisi mengenai
sikap yang ada, Eagly dan Chaiken pada tahun 1993, membaginya menjadi dua
pendekatan atau model pendefenisian. sikap didefenisikan sebagai sebuah
kombinasi dari reaksi afektif, kognitif, dan prilaku terhadap suatu objek
tertentu.[1]
Meskipun
sikap merupakan salah satu pokok bamahasan yang penting dalan psikologi,
khususnya psikologi sosial. Ada sejumlah pendapat lain yang sangat mendasar
mengenai sikap. Berikut ini adalah garis
besar pandangan mengenai sikap. Berikut ini adalah garis besar
pandangan-pandangan sikap yang disusun oleh pengamat Eiser. [2]
Sikap
merupakan pengalaman subjektif. Asumsi ini menjadi dasar untuk
defenisi-defenisi pada umumnya, meskipun beberapa penulis, terutama Ben,
menganggap bahwa berbagai pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan
kesimpulan dari pengamatannya atas dasar perilaku sendiri.
Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan.
Rumusan ini tidak pernah didukung secara tegas. Tidak semua pengalaman memenuhi
syarat untuk disebut sebagai sikap. Sikap bukan sekedar ‘suasana hati’ atau
‘reaksi aktif’ yang disebabkan oleh stimulus dari luar. Suatu persoalan atau
objek dikatakan merupakan sebagian dari pengalaman.
Sikap setiap
orang bisa sama dan bisa tidak sama. Rumusan ini bergantung pad aide bahwa
sikap dapat diungkapkan dengan bahsa karena bahasa memungkoinkan orang membuat
catatan dan pad aide bahwa sikap berkaitan dengan dunia luar.
Sejumlah
orang yang mempunyai sikap berbeda pada suatu objek akan berbeda pula dalam
pendapat masing-masing mengenai apakah yang benar atau salah mengenai objek
itu. Kemungkinn ada persamaan dan
perbedaan dalam sikap berarti bahwa seseorang akan menafsirkan pernyataan mengenai sikap sebagai
suatu sikap yang mengandung nilai kebenaran yang pada prinsipnya dapat diukur
melalui interaksi dengan objek bersangkutan. Namun, hal itu tidak berarti bahwa
sikap terbentuk setelah ada penyelidikan terlebih dahulu atas fakta-fakta
terkait. Hubungan antara keyakinan berlandaskan fakta dan penilaian harus
dibuktikan di lapangan.
B.
Isi,
Struktur Dan Fungsi Sikap
Isi Sikap, sikap menurut Maio dan Haddock (2007)
adalah konstruk-kontruk Psikologis yang diekspresikan oleh sikap, seperti
keyakinan dan afeksi. Penelitian mengenai isi dari sikap, seperti sudah
disampaikan sebelumnya, didominsi oleh dua perspektif, yaitu the three-component model dan the expectancy-value model. Menurut
perspektif yang pertama, sikap mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan
perilaku dimasa lampau yang berhubungan dengan objek sikap, sedangkan menurut
perspektif yang kedua sikap mengekspresikan keyakinan-keyakinan terhadap objek
sikap. [3]
Struktur
Sikap, Seperti telah dijelaskan di depan para ahli dalam membahas mengenai
masalah sikap cukup menunjukkan adanya pandangan yang berbeda satu dengan yang
lain. Thurstone menekankan komponen afektif, pada Rokeach menekankan pada
komponen kognitif dan konatif, sedangkan pada Baron Byrne, juga Myers dan
Gerungan, pada komponen kognitif, afektif, dan konatif. Berkaitan dengan
hal-hal tersebut diatas pada umumnya
pendapat yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga komponen
yang membentuk struktur sikap, yaitu :
a. Komonen
kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yag berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
b. Komponen
afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berhubngan dengan rasa senang
atau tidak snagng terhadap bjek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sdangkan rasa yang tidak senang merupakan hal yang negatf. Komponen ini
menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
c. Komponen
konatif (Komponen prilaku, atau action
component), yaitu komponen yangberhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan itensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berprilaku seseorang
terhadap objek sikap.
Komponen-komponen tersebut diatas
merupakan komponen yang membentuk struktur sikap. Analisis dengan melihat
komponen-komponen yang membentuk sikap disebut analisis komponen atau analisis
struktur. [4]
Fungsi Sikap, Menurut Katz
(1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010) sikap
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi instrumental (fungsi penyesuaian/fungsi manfaat)
Fungsi
ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek sikap
dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila
obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan
bersifat positif terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap
menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap
obyek sikap yang bersangkutan.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini
merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau
akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang yang bersangkutan
terancam keadaan dirinya atau egonya.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. [5]
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. [5]
d.
Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang rsangkutan.
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang rsangkutan.
C. Proses Pembentukan Sikap
Seperti telah dipaparkan diatas
sikap tidak dibawa sejak dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan
individu yang bersangkutan. Untuk dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya
sikap akan dapat jelas diikuti pada bagan berikut ini.
Bagan
sikap (Dikutip dari Ma’at,1982, h. 22; dngan beberapa perubahan)
Dari bagan tersebut dapat dikemukakan
bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktoe
eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang
ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam
masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada sikap
seseorang.
Reaksi yang dapat diberikan individu
terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi juga bisa bersifat negatif.
Bagaimana reaksi yang timbul pada diri individu dapat diikuti dalam bagan
berikut ini.
Bagan
persepsi (Dikutip dari Ma’rat, 1982, hal. 23;dengan perubahan)
Objek sikap akan dipersepsi oleh
individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu
yang bersangkutan. Dalam mempersepsi objek sikap individu akan mempengaruhi
oleh pengetahuan, pengalaman, cakrawala, keyakinan, proses belajar, dan hasil
proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau keyakinan individu
mengenaiobjek sikap, dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan
mengiringi hasil kognisi terhadap objek sikap, kesiapan untuk bertindak,
kesiapan untuk berperilaku. Keadaan lingkungan akan member pengaruh terhadap
objek sikap maupun pada individu yang bersangkutan.[6]
Masalah pembentukan sikap ini,
menurut Krech dkk, tidak hanya ditujukan untuk ilmu sosial saja, tetapi juga
penting bagi semua orang yang ingin memprngaruhi kegiatan sosial, seperti orang
tua, pendidik, pemimpin, pembaharu, politikus, pedagang, dan orang-orang yang
terkait untuk mengetahui cara mengembangkan sikap-sikap baru dan cara
menguatkan atau melemahkan sikap. Ada orang atau sekelompok orang yang ingi
mempertahankan sikap tertentu, ada pula oranng yang ingin menghilangkan sikap;
umpamanya ingin menghilangkan diskriminatif.
Bagaimana sikap itu terbentuk ?
sebagian orang berpendapat bahwa ada faktor-faktor genetik yang berpengaruh
pada terbentuknya sikap. Terbentuknya sikap seseorang pada dasarnya dilandasi
pada norma-norma sebelunya (telah dihayati), sehingga dengan “kaca mata”
norma-norma ini beserta pengalamannya dimasa lalu ia akan menentukan sikap,
bahkan bertindak.[7]
D.
Hubungan
Sikap Dan Perilaku
Sikap
yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku
individu.Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon yang
ditangkap, kecenderungan individu untuk
melakukan tindakan dipengaruhi oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungansehingga
menimbulkan tingkah laku.
a.
Pembentukan
perilaku
Pembentukan
perilaku dengan konsidioning atau kebiasaan, Cara ini didasarkan atas
teori belajar konsidioning yang dikemukakan oleh Pavlov, Thorndike dan
Skinner. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang
diharapkan, akan terbentuklah perilaku tersebut. Pembentukan perilaku dengan
pengertian (insight). Disamping pembentukan dengan kondisioning, pembentukan
perilaku dapat ditempuh dengan pengertian (insight). Caraini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar
yang disertai dengan adanya pengertian,seperti yang dikemukakan kohler. Pembentukan
perilaku dengan menggunakan model atau contoh. Jadi, perilaku itu dibentuk
dengan cara menggunakan model atau contoh yang kemudian perilaku dari model
tersebut ditiru oleh individu. Hal ini didasarkan atas teori belajar social
(social learning theory).
b.
Konsistensi
sikap dan perilaku
Sikap dan perilaku sering dikatakan
berkaitan erat, dan hasil penelitian juga memperlihatkan adanya hubungan yang
kuat antara sikap dan perilaku. Salah satu teori yang biasa menjelaskan
hubungan antara dan perilaku dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Menurut
mereka, antara sikap dan perilaku terdapat satu factor psikologis yang harus ada
agar keduanya konsisten, yaitu niat (intention). Worchel dan Cooper (1983)
menyimpulkan sikap dan perilaku bias konsisten apabila ada kondisi sebagai
berikut :
1.
Spesifikasi sikap
dan perilaku
2.
Relevansi
sikap terhadap perilaku
3.
Tekanan normative
4.
Pengalaman[8]
E. Teori-Teori Sikap
1.
Teori
Keseimbangan
Pada teori ini fokusnya terletak
pada upaya individu untuk tetap konsisten dalam bersikap dalam hidup yang
melibatkan hubungan- hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap.Dan dalam
bentuk sederhana, ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan :
a.
sikap favorable (
baik, suka, positif )
b.
sikap Unfavorable (
buruk, tidak suka, negatif )
2.
Teori Konsistensi
kognitif – Afektif
Pada teori ini fokusnya terletak
pada bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka konsisiten dengan
afeksinya dan penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi
keyakinannya.Sebagai contoh:
Tidak
jadi makan direstoran X karena temannya bilang bahwa restoran tersebut tidak halal padahal di belum pernah kesana
3.
Teori Ketidaksesuaian
Pada teori ini fokusnya terletak
pada bagaimana individu menyelataskan elemen – elemen kognisi, pemikiran
atau struktur ( Konsonansi selaras ) dan disonasi atau kesetimbangan yaitu
pikiran yang amat menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya.dimana
terdapat 2 elemen kognitif dimana disonasi terjadi jika kedua elemen tidak
cocok sehingga menganggu logika dan penghargaan. Sebagai contoh Misalnya:
”Merokok membahayakan kesehatan” konsonansi dengan ”saya tidak merokok”; tetapi
disonansi dengan ”perokok”.
4.
Teori
Atribusi
Pada teori ini fokusnya terletak
paad bagaimana individu mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan
sendiri dan persepsinya tentang situasi. Pada teori ini implikasinya adalah
perubhan perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang
tersebut bahwa sikapnya telah berubah. Sebagai contoh memasak setiap kesempatan
baru sadar kalu dirinya suka menyukai/ hobi memasak.[9]
F.
Perubahan Dan Pengubahan
Sikap Melalui Komunikasi Persuasif
Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Adapan berikut ini akan
diuraikan tentang perubahan sikap dan pengubahan sikap yaitu:
1.
Perubahan sikap, perubahan sikap harus didahului oleh suatu
stimulus dan stimulus (langkah awal) akan lebih berarti apabila diberikan
penguatan. Melalui stimulus yang diperkuat akan akan menumbuhkan adanya
perhatian. Membangkitkan perhatian merupakan langkah awal dalam melakukan
perubahan sikap. Untuk membangkitkan perhatian itu ada beberapa usaha
diantaranya:
a.
Argumentasi harus jelas, yaitu memberikan suatu pernyataan
atau alasan yang jelas mengapa menganjurkan suatu perubahan sikap kepadanya.
b.
Sumber jelas dan relevan, yaitu sumber informasi harus
kualifaid dan dapat dipertanggungjawabkan.
c.
Cara dan komunikasi yang menarik dan akrab, dapat menggunakan
komunikasi dua arah dan sesuai dengan kondisi komunikasi.
Langkah kedua
pengertian (comprehension), bila seseorang sudah memahami dan mengerti tentang
sikap yang diharapkan, selanjutnya individu akan menggunakan setiap aspek
psikologinya untuk menyikapi perubahan atau perubahan itu. Untuk tercapainya
pengrtian diperlukan hal-hal berikut;
a.
Informasi jelas, informasi yang diharapkan sebagai bentuk
perubahan sikap disampaikan secara jelas, apa, mengapa, bagaimana dan untuk apa
perubahan sikap itu, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keraguan yang
mengakibatkan kaburnya bentuk perubahan yang diharapkan.
b.
Berkepentingan, perubahan sikap itu benar-benar diberikan
kepada individu yang membutuhkan dan berkepentingan. Sesuatu yang dibutuhkan
biasanya akan semakin menarik untuk dikaji dan dihayati.
c.
Keseimbangan, membahas hal-hal yang fositif dan negative dari
sikap yang diharapkan, bukan hanya segi fositifnya saja.
d.
Kepercayaan, bukan hanya percaya kepada tokoh pembaharu,
seperti peminpin formal dan informal, namun juga bentuk perubahan itu
dipercayai dan memberikan suatu yang bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya,
baik untuk kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat.
Langkah ketiga,
langkah ini merupakan penerimaan proses ahir dalam perubahan sikap,walaupun
wujud dari perubahan sikap itu masih di pengaruhi bebrapa factor, dlm lngkh ke
3 ini terdapat beberapa kegiatan untuk sampai kpd pengambilan keputusaan yaitu
a.
Ada konsep, ide dan gagasan merupakan salah satu dari
komponen sikap individu. Karna itu sangat dibutuhkan dalam penerimaan perubahan
atau pembaharuan. Konsep muncul atas pengalaman, selanjutnya di intropeksi
melalui kognisi dan sisten nilai dan norma yang berlaku sehingga timbul
pengertian dan seterusnya mengerti dengan berbagai kelemahan dan keunggulannya
atas dasar efaluasi dan informasi. Melalui penalaran barulah sampai pada suatu
konsep yang ahirnya konsep itu dipercayai dan diyakini, bahwa perubahan itu
bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya.
b.
Terjadinya keputusan, keputusan akan perubahan sikap individu
itu sendiri. Pengambilan keputusan setelah mengkaji berbagai kemungkinan
manfaat dan melakukan pertimbangan dari berbagai bahan masukan dari dalam atau
dari luar dirinya.
2.
Pengubahan sikap, komunikasi merupakan media utama dalam
mengubah sikap di samping persuasi, edukasi, dan teladan. Sebagai pembicara
tidak mungkin tidak mungkin hanya memakai suara dan bahasa saja, termasuk
menggunakan seluruh tubuh termasuk otot, emosi, fikiran dan kepribadiannya.
Albert Meharabien dalam Ibrahim Elfiky, menemukan sebuah konsep blirian dalam
komunikasi 3 V (Verbal,Vokal,Visual).
a.
Verbal, aspek aspek lisan hanya mencakup 7% dari keseluruhan
proses komunikasi, kata-kata tidak mempunyai makna kecuali makna yang kita
berikan kepadanya. Kata-kata tidak memiliki energi selain energy yang kita
berikan melaluinya. Anda sunggu tidak dapat mengontrol persepsi dan pengertian
orang lain. Tetapi tentu saja efektifitasnya bisa mencapai angka 100% bagi
beberapa orang. Oleh karena itu dalam berkomunikasi berhati-hatilah memilih
kata-kata.
b.
Vocal, vocal bernilai lebih 38%. Cukup beralasan jika warna
suara individu dimaknai berbeda dari pesan yang di simbolkan oleh kata-kata
pesan vocal lebih kuat efeknya dari pada pesan verbal. Ucapan yang sama bisa
bermakna berbeda ketika seseorang mengujarkan atau mengucapkannya dengan
berbagai warna suara.
c.
Visual, aspek visual memiliki 55% dari proses komunikasi
keseluruhan. Aspek verbal dan vocal jika
keduanya di gabungkan tidak akan mampu menandingi hebatnya pengaruh ekspresi
wajah dalam proses komunikasi.
Pengetahuan
tentang V 3 mengajarkan bagaimana kata-kata dapat memberi pengaruh fositif.
Untuk itu dituntut credibility intentions dari komunikator, untuk mendapatkan
ridibity intentions diperlukan:
a)
Memahami posisi, yaitu authority dan kemampuan harus jelas
sebagai individu yang mempengaruhi dan merubah sikap orang lain. Pemegang
authority biasanya menjadi perhatian tersendiri bagi komunikan.
b)
Dapat dipercaya dan disegani atau sebaliknya akan
mempengaruhi proses perubahan sikap.
c)
Memiliki perencanaan atau terprogram, komunikasi yang
dilakukan secara mendadak terkesan tidak memilki persiapan dan perencanaan.
Karena itu persiapan diri baik mental, penampilan dan materi sangan diperlukan.
d)
Intensitas, bukan hanya bergantung pada kuantitas
berkomunikasi namun dituntut bobot informasi yang diberikan. Informasi yang
jelas dan dipercaya biasanya menggambarkan intensitas isi dari pesan tersebut.
Intensitas juga dapat bermakna intensif, maksudnya harus memenuhi persyaratan
komunikasi yang baik, seperti pesan yang jelas, cara penyampaian yang mudah
diterima, menggunakan media yang tepat, sesuai dengan latar belakang komunkan,
keluasan ilmu dan pengetahuan serta keterampilan komunikator.
e)
Motivasi, stimulus atau pesan yang disampaikan mempunyai
nilai motivasi yakni dapat menyentuh kebutuhan, keinginan, harapan mengandung
makna bagi peningkatan pendapatan komunikan. Untuk itu diperlukan kesamaan
bahasa, argumentasi yang jelas dan menggunakan komunikasi dua arah (dialogis)
f)
Gunakan variasi media komunikasi, seperti verbal, vocal dan
visual, system lingkunga, kelompok media cetak elektronik, media drama dan
lain-lain.[10]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sikap
merupakan pengalaman subjektif. Asumsi ini menjadi dasar untuk
defenisi-defenisi pada umumnya, meskipun beberapa penulis, terutama Ben,
menganggap bahwa berbagai pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan
kesimpulan dari pengamatannya atas dasar perilaku sendiri.
Sikap adalah
pengalaman tentang suatu objek atau persoalan. Rumusan ini tidak pernah didukung
secara tegas. Tidak semua pengalaman memenuhi syarat untuk disebut sebagai
sikap. Sikap bukan sekedar ‘suasana hati’ atau ‘reaksi aktif’ yang disebabkan
oleh stimulus dari luar. Suatu persoalan atau objek dikatakan merupakan
sebagian dari pengalaman.
Sikap
yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap perilaku
individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon yang
ditangkap ,kecenderungan individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh
berbagai faktor bawaan dan lingkungan sehingga menimbulkan tingkah laku.
B.
Saran
Adapun saran dari penulis adalah
gunakanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya dan jadikanlah sebagi bahan
referensi untuk makalah yang sejenis.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Luddin Abu Bakar 2011. Psikologi Konseling. Cipta Pustaka Media
Perintis. Bandung
Rahman Agus Abdul. 2014. Psikologi Sosial. PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
Sobur Alex. 2011. Psikologi Umum. CV Pustaka Setia. Bandung
Walgito Bimo. 1978. Psikologi Sosial (Suatu Penagantar). Yogyakarta: ANDI.
Yogyakarta
http://i-purnama.blogspot.co.id/2015/11/makalah-psikologi-tentang-sikap.html
[1]
[1] Agus
Abdul Rahman, Psikologi Sosial.( Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2014) hal. 124
[2]
Alex Sobur, Psikologi Umum. (Bandung
:CV Pustaka Seti, 2011)hal.356
[3]
Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial,(Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2014) hal. 126
[4]
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu
Penagantar), ( Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta: 1978) Hal. 111
[5]
http://i-purnama.blogspot.co.id/2015/11/makalah-psikologi-tentang-sikap.html
[6]
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu
Penagantar), ( Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta: 1978) Hal. 115-116
[7]
Alex Sobur, Psikologi Umum. (Bandung
:CV Pustaka Seti, 2011)hal.162
[8]
http://makalahtentangsikapversiedo.blogspot.co.id/
[9]https://bukunnq.wordpress.com/2012/03/06/makalah-sikap/
[10]
Abu Bakar M. Luddin, Psikologi Konseling. (Bandung, Cipta
Pustaka Media Perintis, 2011) hal. 140-145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar