KESEHATAN JIWA DALAM ISLAM
MAKALAH
Oleh :
Siti Aisyah
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah Kesehatan
Mental yang berjudul “ KESEHATAN MENTAL DALAM ISLAM “ ini dapat di selesaikan. Makalah ini
merupakan wujud dari gagasan perlunya referensi untuk mata kuliah Kesehatan
Mental. Kemudian makalah ini diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari
ahli lain dan konsep-konsep yang baru berkembang. Makalah ini mendapat banyak tambahan
materi yang disesuaikan dengan sistematiika pemikiran dari sisi prosedur.
Akhirnya, Semoga
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan para pembaca, oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sehingga terdapat kesempurnaan
pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan arti dalam pengembangan pendidikan
yang akan datang. Amin.
Medan,
07 Oktober 2015
Siti
Aisyah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang........................................................................................1
b. Rumusan
Masalah....................................................................................1
c. Tujuan
Penulisan.......................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Defenisi Kesehatan Mental Dalam Islam ................................................2
2.
Cri-ciri Mental yang Sehat dalam Islam ...................................................4
3.
Kesehatan Jiwa dalam Islam ?...................................................................5
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan.................................................................................7
b. Saran...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk bekerja dan
berusaha agar keinginan dari dirinya dapat dipenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut maka memerlukan kebutuhan jasmani yang sehat. Karena
apabila jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu tersebut
akan terganggu. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu
keadaan beupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan
semata-mata hanya terbatas dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila
mantal dan jasmani individu tersebut sehat tentunya akan sedikit kemungkian
terjadinya gangguan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jika mental individu
tersebut dapat terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa,
sehingga ia dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang dimiliki. Dengan
keadaan mental yang sehat a idividu tersebut dapat berkembang secara optimal.
Maka dari itu kita sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Bimbngan
Konseling perlu mempelajari kesehatan mental agar nanti saat menghadapi
individu yang memiliki gejala-gejala gangguan mental agar dapat segera diatasi
sehingga individu tersebut tidak kearah patologi (Sakit mental) yang membahas
tentang kesehatan mental.
B.
Rumusan Masalah
1.
Defenisi Kesehatan Mental Dalam Islam ?
2.
Cri-ciri Mental yang Sehat dalam Islam ?
3.
Hubungan Agama dan Kesehatan Mental ?
4.
Kesehatan Jiwa dalam Islam ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Agar Dapat Mengethui Defenisi Kesehatan Mental
2.
Mengetahui Ciri-Ciri Mental yang Sehat dalam Islam
3.
Supaya Dapat Memahami Hubungan Agama dan Kesehatan Mental
4.
Agar mengetahui Kesehatan Jiwa dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi Kesehatan
Mental Dalam Islam
Istilah Kesehatan Menta diambil dari konsep
mental hygien, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan.
Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa
latin yang berarti Psikis ajtau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa
neurosismaupun psikosis (penyesuian diri terhadap lingkungan sosial).[1]
Mendefenisikan kesehatan
mental de ngan beberapa pengertian :
1.
Terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose)
dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain
dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3.
Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan
dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal
mungkin, sehingga membawa kebahagiaan pada diri dan orang lain; seerta
terhindar dari ganguan-ganguan dan penyakit Jiwa.
4.
Terwujudnya keharmonisan yang sumgguh-sunguh antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesangguapan untuk mengalami
problem-problembiasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan
kemampuan dirinya.
Seseorang dapat dikatakan sehat tidak cukup hanya dilihat
dari segi fisik, psikologis, dan sosial saja, tetapi juga perlu dilihat dari
segi spiritual atau agama. Inilah yang kemudian disebut Dadang Hawari sebagai
emat dimensi sehat yaitu : bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi seseorang yang
sehat mentalnya tidak cukup hanya terbatas pada pengertian terhindarnya dia
dari gangguan dan penyakit jiwa baik neurosis maupun psikosos, melainkan patut
pula dilihat sejauh mana seseorang itu mampu menyesuaikan dirinya sendiri dan
lingkungannya, mampu mengharmoniskan fungsi-fungsi jiwanya, sanggup mengatasai
problema hidup termsuk kegelisahan dan konflik batin yang ada, serta sanggup
mengaktualisasikan potensi dirinya untuk mencapai kebahagiaan.
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh
stressor (penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti
mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiridan
lingkungannya. Noto Soedirdjo, 1980 menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang
memiliki kesehatan mental adalah memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari
tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen
Karentanan keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic,
proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas
stressor yang diterima oleh seseorang
dengan orang lain juga berbeda.
Kesehatan mental yang
dimaksud disini lebih terfokus pada kesehatan mental yang berwawasan agama.
Pemilihan ini selain karena kionsisten dengan pola-pola yang dikembangkan dalam
psikopatologi dan psikoterapi, juga sesuai dengan khazanah Islam yang
berkembang. Ibn Rusyd misalnya dalam “Fasl al-Maqal’ menyatakan, “takwa itu
merupakan kesehatan mental). Stemen itu menunjukan bahwa kesehatan mental telah
lama dibangun oleh para psikolog muslim, yang mau tidak mau hrus dijadikan
sebagai keutuhan wacana Psikologi Islam saat ini.
Empat pola wawasan kesehatan
jiwa dengan orientasinyasebagai berikut.
1.
Pola wawasan yang berorientasi
simtomatis menganggap bahwa hadirnya gejala (symtomps) dan keluhan (compliants)
merupakan tanda adanya gangguan atau
penyakit yang diderita seseorang.
2.
Pola wawasan yang berorientasi
penyesuaian diri berpandangan bahwa kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri
merupakan unsur utama dari kondiri jiwa yang sehat.
3.
Pola wawasan yang berorientasi
pengembangan potensi pribadi bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah
makhluk bermartabat yang memiliki berbagai potensi dan kualitas yang khas
insani (human qualities), seperti kreativitas, rasa humor, rasa tanggung jawab,
kecerdasan, dll dan mendatangkan manfaat bila
dikembangkan secara optimal.
4.
Pola wawasan yang berorientasi
agama berpandangan bahwa agama atau keruhanian memiliki daya yang dapat menunjang
kesehatan jiwa dan kesehatan jiwa diperoleh sebagai akibat dari keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan, serta menerapkan tuntunan-tuntunan keagamaan yang
hidup.[2]
B.
Cri-Ciri Mental yang
Sehat dalam Islam
Beberapa
ahli pendidikan dan psikologi Islam telah mengemukakan beberapa ciri-ciri
mental yangs sehat menurut ajaran Islam. Al-Ghazali menyatakan seseorang yang
sehat jiwanya digambarkan dalam konsep insane kamil ( manusia sempurna ).
Insane kamil dalam psikologi modern yaitu bias berlaku diduniaini artinya untuk
sampai pada kedudukan Insan kamil manusia melalui perubahan kualitatif sehingga
ia mendekati Allah SWT dan menyerupai malaikat. Insan kamil mempunyai ciri-
cirri sebagai berikut :
a.
Motif utama tindakannya adalah beribadah kepada Allah.
b.
Senantiasa berdzikir ( mengingat Allah) dalam menghadapi
segala permasalahan.
c.
Beramal dengan Ilmu.
Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakir menyatakan
tanda-tanda kesehatan mental adalah adanya perasaan cinta. Cinta dianggap
sebagai tanda kesehatan mental, sebab cinta menunjukan diri positif. Cinta
mendorong individu untuk hidup saling kasih- mengasihi dan menjauhkan dari
kebencian, dendam permusuhan dan pertikaian.[3]
Menurut
Usman Najati ( dalam Masganti , 2011 : 165) menyatakan kesehatan mental
ditandai dengan ketenangan jiwa, akhlak mulia, kesehatan, dan kekuatan badan,
memenuhi kebutuuhan dasar dengan cara yang halal, memenuhi kebutuhan spiritual
dengan berpegangan teguh pada akidah, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
menjalankan ibadah dan melakukan amal shaleh, dan menjauhkan diri dari
keburukan yang dapat menyebabkan Allah SWT murka.[4]
Pribadi
yang sehat selalu memberdayakan akal fikirannya untuk memperhatikan mengamati,
memikirkan dan menganalisa berbagai jejak keagungan Allah dan jejak ke Maha
Esaan Allah. Cirri keempat mental yang dalam islam adalah tabligh yaitu
menyampaikan dan mengajak kejalan Tuhan ( nilai-nilai keutamaan, etika
kehalusan dan kebenaran pada umumnya. Allah berfirman tentang tabliqh dalam
Q.S. Ali Imran ayat 110 yang berbunyi :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik. Qs.3:110 “
D. Kesehatan Jiwa Dalam Islam
Terdapat tiga
pola yang mengungkapkan metode pemerolehan dan pemeliharaan kesehatan mental
dalam perspektif Islam: Pertama, metode tahali, takhalli, dan tajalli; Kedua,
metode syariah, thariqah, haqiqah dan ma’rifat; dan ketiga, metode iman, Islam
dan ihsan. Sebuah hadits menunjukkan tiga metode yang mengungkapkan metode
pemerolehan dan pemeliharaan kesehatan mental yaitu:
1. Metode iman yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan dan kepada hal-hal yang
gaib
2. Metode
Islam yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ibadah dan muamalah.
3. Metode
ihsan yang berkaitan dengan prinsp-prinsip moral atau etika.
a.
Metode Imaniah
Iman secara harfiah diartikan dengan
rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman berarti
jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi semua
masalah hidup. Dalam mengatur alam dan isinya, Allah SWT memberikan rambu-rambu
petunjuk (hidayah)-Nya untuk kelangsungan dan keselamatan hidup di dunia dan
akhirat. Petunjuk yang dimaksud diturunkan melalui dua jalur: Pertama, jalur
tertulis yang termaktub dalam kitab suci Al-Quran dengan pemberian petunjuk inu
dengan mengutus Rasul dan Malaikat-Nya. Jalur ini lazim disebut jalur
Quraniyah; Kedua, jalur tidak tertulis yang berkaitan dengan alam dan isinya
yang disebut dengan jalur kauniyah atau sunnatulah.
b.
Metode Islamiah
Islam secara etimologi memilik tiga
makna yakni penyerahan dan ketundukan (al-silm), perdamaian dan keamanan
(al-salm), dan keselamatan (al-salamah) . Realisasi metode Islam dapat
membentuk kepribadian muslim yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci
dan dapat menyesuaikan dengan segala kondisi yang merupakan syarat terciptanya
kesehatan mental. Kepribadian muslim membentuk lima karakter ideal.
Karakter syabadatain yaitu karakter
yang mampu menghilangkan dan membebaskan diri dari segala belenggu atau
dominasi tuhan-tuhan temporal dan relatif seperti materi dan hawa nafsu (QS.
Al-Furqon: 43). Lalu mengisi diri sepenuh hati hanya kepada Allah SWT.
- Karakter mushailli yaitu karakter yang mampu berkomunikasi dengan Allah dan dengan sesama manusia. Komunikasi ilahiah ditandai dengan takbir,sedangkan kominukasi ihsaniah ditandai dengan salam. Karakter mushailli juga menghendaki adanya kebersihan dan kesucian lahir dan batin dengan berwudhu (kesucian lahir) dan dalam kesucian batin diwujudkan dalam bentuk keikhlasan dan kekhusyu’an.
- Karakter muzakki, yaitu karakter yang berani mengorbankan hartanya untuk kebersihan dan kesucian jiwanya (QS. al-Taubah: 103), serta pemerataan kesejahteraan ummat pada umumnya.
- Karakter sha’im yaitu karakter yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari nafsu-nafsu rendah. Dan apabila dirinya terbebas dari nafsu-nafsu rendah maka ia berusaha mengisi diri dengan tingkah laku yang baik.
- Karakter hajji yaitu karakter yang mampu mengorbankan harta, waktu, bahkan nyawa demi memenuhi panggilan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah
Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari
bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan
kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi
dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau
kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang
sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan
dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai
hidup yang bermakna yaitu bahagia di dunia dan di akhirat. Agama sebagai keyakinan dapat membantu penderita
penyakit mental untuk lebih cepat sembuh, dan sekaligus karena agama pula
penyakit mental bisa dicegah.
Saran
Manusia yang
berpegang pada suatu agama hendaknya mampu menjadikan keyakinannya bukan
sekedar anutan akan tetapi mampu lebih menghayati dalam berskap dan bertigkah
laku sehari-hari sehingga dapat menjadi tuntunan, arah yang baik pada
keberlangsungan hidup yang secara langsung dapat menjaga kesehatan mental dan
terhindar dari gangguan mental karena memegang satu keyakinan yang kukuh, yakni
agama.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah.1982. Islam dan kesehatan mental. Jakarta: PT Gunung Agung
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam cetakan ke II
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Masganti, Psikologi
Agama. 2011. Medan : Pedana Publishing.
http://kataiinhanif.blogspot.co.id/2012/08/agama-dan-kesehatan-mental-makalah.html.
http://makalah-kedokteran-psikologi.co.id/2014/01/makalah-kesehatan-mental-dalam-islam.html
[1] Zakia
Daradjat, islam dan kesehatan mental,
(Jakarta, 1982) ; hal. 10-14
[2] Ibid., hal 20-22
[3]Abdul
Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa
Psikologi Islam cetakan ke II( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002)
[4]
Masganti, Psikologi Agama,( Medan :
Pedana Publishing, 2011),.hlm. 165.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar