Kamis, 21 April 2016

Makalah Kesehatan Mental



KESEHATAN JIWA DALAM ISLAM

MAKALAH


Oleh :



Siti Aisyah









 BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2015


KATA PENGANTAR




          Puji syukur saya ucapkan atas kehadiran Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah Kesehatan Mental yang berjudul “ KESEHATAN MENTAL DALAM ISLAM “  ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan wujud dari gagasan perlunya referensi untuk mata kuliah Kesehatan Mental. Kemudian makalah ini diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari ahli lain dan konsep-konsep yang baru berkembang. Makalah ini mendapat banyak tambahan materi yang disesuaikan dengan sistematiika pemikiran dari sisi prosedur.
Akhirnya, Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan para pembaca, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sehingga terdapat kesempurnaan pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan arti dalam pengembangan pendidikan yang akan datang. Amin.



                                                                                           Medan, 07 Oktober 2015



                                                                                   
                                                                                                            Siti Aisyah












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii

 BAB I
PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang........................................................................................1
b.      Rumusan Masalah....................................................................................1
c.       Tujuan Penulisan.......................................................................................1


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Defenisi Kesehatan Mental Dalam Islam ................................................2
2.      Cri-ciri Mental yang Sehat dalam Islam ...................................................4
3.      Kesehatan Jiwa dalam Islam ?...................................................................5

BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan.................................................................................7
b.      Saran...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA


 


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
           
            Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk bekerja dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut maka memerlukan kebutuhan jasmani yang sehat. Karena apabila jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu tersebut akan terganggu. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan beupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan semata-mata hanya terbatas dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila mantal dan jasmani individu tersebut sehat tentunya akan sedikit kemungkian terjadinya gangguan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jika mental individu tersebut dapat terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, sehingga ia dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang dimiliki. Dengan keadaan mental yang sehat a idividu tersebut dapat berkembang secara optimal. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Bimbngan Konseling perlu mempelajari kesehatan mental agar nanti saat menghadapi individu yang memiliki gejala-gejala gangguan mental agar dapat segera diatasi sehingga individu tersebut tidak kearah patologi (Sakit mental) yang membahas tentang kesehatan mental.

B.     Rumusan Masalah
1.      Defenisi Kesehatan Mental Dalam Islam ?
2.      Cri-ciri Mental yang Sehat dalam Islam ?
3.      Hubungan Agama dan Kesehatan Mental ?
4.      Kesehatan Jiwa dalam Islam ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Agar Dapat Mengethui Defenisi Kesehatan Mental
2.      Mengetahui Ciri-Ciri Mental yang Sehat dalam Islam
3.      Supaya Dapat Memahami Hubungan Agama dan Kesehatan Mental
4.      Agar mengetahui Kesehatan Jiwa dalam Islam


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Kesehatan Mental Dalam Islam
             Istilah Kesehatan Menta diambil dari konsep mental hygien, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis ajtau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosismaupun psikosis (penyesuian diri terhadap lingkungan sosial).[1]
Mendefenisikan kesehatan mental de ngan beberapa pengertian :
1.      Terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.      Kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3.      Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan pada diri dan orang lain; seerta terhindar dari ganguan-ganguan dan penyakit Jiwa.
4.      Terwujudnya keharmonisan yang sumgguh-sunguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesangguapan untuk mengalami problem-problembiasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.
            Seseorang dapat dikatakan sehat tidak cukup hanya dilihat dari segi fisik, psikologis, dan sosial saja, tetapi juga perlu dilihat dari segi spiritual atau agama. Inilah yang kemudian disebut Dadang Hawari sebagai emat dimensi sehat yaitu : bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi seseorang yang sehat mentalnya tidak cukup hanya terbatas pada pengertian terhindarnya dia dari gangguan dan penyakit jiwa baik neurosis maupun psikosos, melainkan patut pula dilihat sejauh mana seseorang itu mampu menyesuaikan dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu mengharmoniskan fungsi-fungsi jiwanya, sanggup mengatasai problema hidup termsuk kegelisahan dan konflik batin yang ada, serta sanggup mengaktualisasikan potensi dirinya untuk mencapai kebahagiaan.

            Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiridan lingkungannya. Noto Soedirdjo, 1980 menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor  yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Kesehatan mental yang dimaksud disini lebih terfokus pada kesehatan mental yang berwawasan agama. Pemilihan ini selain karena kionsisten dengan pola-pola yang dikembangkan dalam psikopatologi dan psikoterapi, juga sesuai dengan khazanah Islam yang berkembang. Ibn Rusyd misalnya dalam “Fasl al-Maqal’ menyatakan, “takwa itu merupakan kesehatan mental). Stemen itu menunjukan bahwa kesehatan mental telah lama dibangun oleh para psikolog muslim, yang mau tidak mau hrus dijadikan sebagai keutuhan wacana Psikologi Islam saat ini. 
Empat pola wawasan kesehatan jiwa dengan orientasinyasebagai berikut.
1.      Pola wawasan yang berorientasi simtomatis menganggap bahwa hadirnya gejala (symtomps) dan keluhan (compliants) merupakan tanda adanya gangguan atau penyakit yang diderita seseorang.
2.      Pola wawasan yang berorientasi penyesuaian diri berpandangan bahwa kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri merupakan unsur utama dari kondiri jiwa yang sehat.
3.      Pola wawasan yang berorientasi pengembangan potensi pribadi bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk bermartabat yang memiliki berbagai potensi dan kualitas yang khas insani (human qualities), seperti kreativitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, dll dan mendatangkan manfaat bila dikembangkan secara optimal.
4.      Pola wawasan yang berorientasi agama berpandangan bahwa agama atau keruhanian memiliki daya yang dapat menunjang kesehatan jiwa dan kesehatan jiwa diperoleh sebagai akibat dari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, serta menerapkan tuntunan-tuntunan keagamaan yang hidup.[2]



B.     Cri-Ciri Mental yang Sehat dalam Islam

Beberapa ahli pendidikan dan psikologi Islam telah mengemukakan beberapa ciri-ciri mental yangs sehat menurut ajaran Islam. Al-Ghazali menyatakan seseorang yang sehat jiwanya digambarkan dalam konsep insane kamil ( manusia sempurna ). Insane kamil dalam psikologi modern yaitu bias berlaku diduniaini artinya untuk sampai pada kedudukan Insan kamil manusia melalui perubahan kualitatif sehingga ia mendekati Allah SWT dan menyerupai malaikat. Insan kamil mempunyai ciri- cirri sebagai berikut :
a.       Motif utama tindakannya adalah beribadah kepada Allah.
b.      Senantiasa berdzikir ( mengingat Allah) dalam menghadapi segala permasalahan.
c.       Beramal dengan Ilmu.

Abdul Mujib dan  Jusuf Mudzakir menyatakan tanda-tanda kesehatan mental adalah adanya perasaan cinta. Cinta dianggap sebagai tanda kesehatan mental, sebab cinta menunjukan diri positif. Cinta mendorong individu untuk hidup saling kasih- mengasihi dan menjauhkan dari kebencian, dendam permusuhan dan pertikaian.[3]
Menurut Usman Najati ( dalam Masganti , 2011 : 165) menyatakan kesehatan mental ditandai dengan ketenangan jiwa, akhlak mulia, kesehatan, dan kekuatan badan, memenuhi kebutuuhan dasar dengan cara yang halal, memenuhi kebutuhan spiritual dengan berpegangan teguh pada akidah, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan ibadah dan melakukan amal shaleh, dan menjauhkan diri dari keburukan yang dapat menyebabkan Allah SWT murka.[4]
Pribadi yang sehat selalu memberdayakan akal fikirannya untuk memperhatikan mengamati, memikirkan dan menganalisa berbagai jejak keagungan Allah dan jejak ke Maha Esaan Allah. Cirri keempat mental yang dalam islam adalah tabligh yaitu menyampaikan dan mengajak kejalan Tuhan ( nilai-nilai keutamaan, etika kehalusan dan kebenaran pada umumnya. Allah berfirman tentang tabliqh dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 yang berbunyi :


“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Qs.3:110 “
D.    Kesehatan Jiwa Dalam Islam
Terdapat tiga pola yang mengungkapkan metode pemerolehan dan pemeliharaan kesehatan mental dalam perspektif Islam: Pertama, metode tahali, takhalli, dan tajalli; Kedua, metode syariah, thariqah, haqiqah dan ma’rifat; dan ketiga, metode iman, Islam dan ihsan. Sebuah hadits menunjukkan tiga metode yang mengungkapkan metode pemerolehan dan pemeliharaan kesehatan mental yaitu:
1.       Metode iman yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan dan kepada hal-hal yang gaib
2.      Metode Islam yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ibadah dan muamalah.
3.      Metode ihsan yang berkaitan dengan prinsp-prinsip moral atau etika.
a.       Metode Imaniah
Iman secara harfiah diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi semua masalah hidup. Dalam mengatur alam dan isinya, Allah SWT memberikan rambu-rambu petunjuk (hidayah)-Nya untuk kelangsungan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Petunjuk yang dimaksud diturunkan melalui dua jalur: Pertama, jalur tertulis yang termaktub dalam kitab suci Al-Quran dengan pemberian petunjuk inu dengan mengutus Rasul dan Malaikat-Nya. Jalur ini lazim disebut jalur Quraniyah; Kedua, jalur tidak tertulis yang berkaitan dengan alam dan isinya yang disebut dengan jalur kauniyah atau sunnatulah.
b.      Metode Islamiah
Islam secara etimologi memilik tiga makna yakni penyerahan dan ketundukan (al-silm), perdamaian dan keamanan (al-salm), dan keselamatan (al-salamah) . Realisasi metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan dengan segala kondisi yang merupakan syarat terciptanya kesehatan mental. Kepribadian muslim membentuk lima karakter ideal.
Karakter syabadatain yaitu karakter yang mampu menghilangkan dan membebaskan diri dari segala belenggu atau dominasi tuhan-tuhan temporal dan relatif seperti materi dan hawa nafsu (QS. Al-Furqon: 43). Lalu mengisi diri sepenuh hati hanya kepada Allah SWT.
  1. Karakter mushailli yaitu karakter yang mampu berkomunikasi dengan Allah dan dengan sesama manusia. Komunikasi ilahiah ditandai dengan takbir,sedangkan kominukasi ihsaniah ditandai dengan salam. Karakter mushailli juga menghendaki adanya kebersihan dan kesucian lahir dan batin dengan berwudhu (kesucian lahir) dan dalam kesucian batin diwujudkan dalam bentuk keikhlasan dan kekhusyu’an.
  2. Karakter muzakki, yaitu karakter yang berani mengorbankan hartanya untuk kebersihan dan kesucian jiwanya (QS. al-Taubah: 103), serta pemerataan kesejahteraan ummat pada umumnya.
  3. Karakter sha’im yaitu karakter yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari nafsu-nafsu rendah. Dan apabila dirinya terbebas dari nafsu-nafsu rendah maka ia berusaha mengisi diri dengan tingkah laku yang baik.
  4. Karakter hajji yaitu karakter yang mampu mengorbankan harta, waktu, bahkan nyawa demi memenuhi panggilan Allah SWT.
















BAB III
PENUTUP
 




Kesimpulan
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna yaitu bahagia di dunia dan di akhirat. Agama sebagai keyakinan dapat membantu penderita penyakit mental untuk lebih cepat sembuh, dan sekaligus karena agama pula penyakit mental bisa dicegah.

Saran
Manusia yang berpegang pada suatu agama hendaknya mampu menjadikan keyakinannya bukan sekedar anutan akan tetapi mampu lebih menghayati dalam berskap dan bertigkah laku sehari-hari sehingga dapat menjadi tuntunan, arah yang baik pada keberlangsungan hidup yang secara langsung dapat menjaga kesehatan mental dan terhindar dari gangguan mental karena memegang satu keyakinan yang kukuh, yakni agama.












DAFTAR PUSTAKA

            Daradjat, Zakiah.1982. Islam dan kesehatan mental. Jakarta: PT Gunung Agung
            Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam cetakan ke II Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
            Masganti, Psikologi Agama. 2011. Medan : Pedana Publishing.
            http://kataiinhanif.blogspot.co.id/2012/08/agama-dan-kesehatan-mental-makalah.html.
            http://makalah-kedokteran-psikologi.co.id/2014/01/makalah-kesehatan-mental-dalam-islam.html




[1] Zakia Daradjat, islam dan kesehatan mental, (Jakarta, 1982) ; hal. 10-14
[2] Ibid., hal 20-22
[3]Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam cetakan ke II( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002)
[4] Masganti, Psikologi Agama,( Medan : Pedana Publishing, 2011),.hlm. 165.

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar